Google Indonesia Buka Suara soal Sertifikasi Influencer

Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Indonesia kini tengah menganalisis kebijakan baru yang berpotensi membawa dampak besar pada ekosistem content creator di Indonesia. Pemerintah China sudah mengumumkan bahwa para influencer dan content creator harus memiliki sertifikat keahlian sebelum membuat konten terkait topik tertentu.

Saat ini, pembuat konten (content creator) dan pemengaruh (influencer) di Indonesia masih belum memiliki standarisasi kemampuan minimal yang jelas. Namun, dengan munculnya wacana sertifikasi, para content creator diharapkan dapat mengetahui berbagai cara untuk memulai dan meningkatkan kualitas konten mereka.

Veronica Utami, Country Director Google Indonesia, menyatakan bahwa idea sertifikasi ini merupakan hal baik bagi media industri media konvensional. Ia percaya bahwa dengan adanya standarisasi kemampuan minimal, individu-individu yang ingin menjadi content creator dapat mengetahui berbagai cara untuk memulai dan meningkatkan kualitas konten mereka.

Tapi, sampai saat ini belum ada panggilan dari Kemkomdigi untuk pembahasan lebih lanjut tentang kebijakan sertifikasi ini. Namun, Bonifasius Wahyu Pudjianto, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemkomdigi, mengaku bahwa informasi ini masih baru dan sedang melakukan diskusi dan analisis internal terkait aturan tersebut.

Menurutnya, Kemkomdigi selalu memantau kebijakan negara-negara lain yang berkaitan dengan langkah dalam menjaga ekosistem digital. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta standar yang lebih baik dan berkelanjutan bagi para content creator di Indonesia.
 
Makasih kan Kemkomdigi itu, kira-kira mau jadikan setrika kita juga harus punya sertifikat keahlian sih? Nah tapi gue pikir ini agak ngikut, kalau mau bertahan lama dan jadi content creator yang baik, kita tidak perlu sertifikat, asalkan kita bisa buat konten yang keren dan bagus. Dan gue juga penasaran apa aja topiknya nih? Jika harus ada sertifikat, mending serius aja ya! πŸ€”
 
Saya rasa itu ide yang bagus tapi juga bisa jadi sangat merugikan siapa aja yg mau masuk sertifikasi. Saya ingat kalau di Malaysia ada yang serupa dan mereka harus membayar biaya untuk sertifikasinya. Tapi, kemudian aku nggak tahu apa yang terjadi dengan mereka. Aku pikir ini bisa membuat banyak content creator di Indonesia menjadi tidak mau membuat konten karena harus berinvestasi waktu dan uang untuk mendapatkan sertifikat. Dan mungkin juga bisa membuat banyak yang hanya berfokus pada uang, bukan pada kualitas kontennya 😐.
 
Aku pikir jadi bisa banget nih kalau content creator harus punya sertifikat keahlian sebelum bikin konten. Aku sendiri suka banget dengan konten yang cerdas dan kritis, tapi aku rasa masih banyak contoh di Indonesia yang lebih fokus pada keaslian daripada kualitas. Kalo ada standarisasi kemampuan minimal, pasti bisa meningkatkan kualitas konten kita πŸ€”

Aku juga senang banget kalau pemerintah China udah ngumumin kebijakan ini, karena sekarang Indonesia jadi memiliki contoh yang baik untuk diikuti. Aku rasa Kemkomdigi harus lebih cepat berbicara tentang kebijakan ini, dan memberikan klarifikasi juga bagaimana cara sertifikasi itu kerja. Kalo gak, mungkin content creator akan terus terjebak dalam kesulitan menentukan kualitas konten mereka 🀷
 
Saya pikir ini yang seru banget! Kalau kita punya standarisasi kemampuan minimal untuk content creator, itu artinya mereka bisa lebih serius dalam membuat konten. Tapi, saya masih ragu-ragu kalau ini apa yang terbaik bagi kita. Kita harusnya bisa melihat kebaikan di mana-mana, tapi juga harus jujur dengan diri sendiri tentang apa yang benar dan salah. Saya harap Kemkomdigi bisa memberikan klarifikasi lebih lanjut tentang kebijakan ini agar kita semua bisa tahu pasti apa yang harus dilakukan. πŸ’‘πŸ“š
 
Saya pikir ini bikin kerja kapanpun menjadi jadi sulit. Kita punya banyak keuntungan dari influencer dan content creator, tapi sekarang kalau mau ngeblog atau ngepost di media sosial harus paham kapan 'nanti' apa yang bisa dilakukannya? Saya rasa ini gampangnya cara untuk membuat lebih seragam kan? Tapi siapa tahu, mungkin kemudian kita bisa lihat kebijakan yang lebih baik dari Kemkomdigi πŸ€”
 
Oke ga ya! Sertifikasi sih itu bakal bagus untuk content creator nih! Mereka bisa tahu kemampuan minimal yang harus dimiliki agar bisa membuat konten berkualitas. Aku rasa Kemkomdigi kayaknya sedang cermati dari mana kebijakan ini berasal, karena China gak saban banget sama ide sertifikasi seperti itu. Tapi, aku senang sekali kalau Indonesia punya standarisasi yang jelas, aku rasa itu bakal membantu banyak content creator nih!
 
Saya pikir wajib buat kita, content creator ini harus memiliki keterampilan minimal ya! Tapi, saya masih curiga sama kemampuan Kemkomdigi ini... Mereka suka mengatur aturan-aturan baru tanpa memberikan klarifikasi yang cukup sih. Misalnya, apa itu sertifikat keahlian itu? Bagaimana caranya mendapatkan sertifikat itu? Tapi, saya paham kalau mereka mau membantu content creator di Indonesia meningkatkan kualitas konten-nya... Semoga Kemkomdigi bisa memberikan klarifikasi yang cukup dan tidak membuat para content creator kepanasan ya! πŸ€”πŸ“Š
 
πŸ€”β€β™‚οΈπŸ“Έ Kemungkinan aja ini buat kaya content creator Indonesia! πŸ€‘ Tapi gue rasa kemampuan mereka sudah ada juga, sih... hanya butuh pengetahuan & kreativitas! πŸ€“πŸ’‘
 
Moga kaya gini! Sertifikasi itu bikin aku bingung kan? Aku pikir apa aja keuntungan dari sertifikasi itu, kalau tidak ada konsekuensi yang jelas, apakah kita harus selalu ikut-ikutan? Seperti saat ini, influencer-influenser di Indonesia masih banyak banget, tapi sampai kapan lagi mereka bisa hanya ngobrol-ngobrol tanpa ada standarisasi? Aku rasa pentingnya itu untuk meningkatkan kualitas konten, tapi aku masih ragu-ragu.
 
aku rasa kalau gini serius aja, pemerintah harus fokus buat keseimbangan ekosistem konten creator dulu, jangan cuma ngeremajain kebijakan barunya tanpa adanya debat yang lebih dalam. kalau punya ide buat meningkatkan kualitas konten, aku pikir cara terbaiknya adalah melalui kolaborasi antara content creator dan pihak industri, bukan hanya sertifikasi aja.
 
Aku pikir itu bagus banget ya... tapi jadi bisa. Sertifikasi itu penting nih, supaya orang-orang yang bikin konten pasti punya kemampuan minimal. Tapi, aku rasa Kemkomdigi harus lebih jelas tentang standar itu, kalau tidak bakal ada kerumunan. Dan aku rasa Bonifasius Wahyu Pudjianto kan benar, informasi ini baru banget... tapi bakalan kecepatan aja, dia bilang sedang melakukan diskusi dan analisis internal. Tapi, aku pikir aku sendiri yang paham tentang hal ini terus...
 
😐 apa sih maksudnya si Kemkomdigi mau buat sertifikasi para influencer? itu gak ngerti sama sekali... kalo pengguna internet di Indonesia sudah cukup banyak, kenapa kemkomdigi harus terus ambil alih ke jalan ini? πŸ€”

satu hal yang pokok sih, kalau ada standarisasi kemampuan minimal, itu baik-baik aja, tapi siapa yang akan garansi sih bahwa mereka punya kemampuan minimal itu? πŸ™„ aku pikir itu sama aja seperti ketika kamu liat postingan influencer di Instagram, kamu langsung pikir, "oh, dia benar-benar bisa nggak?"... πŸ€·β€β™€οΈ

dan apa itu kebijakan baru sih? kalau kemkomdigi sudah ada, kenapa harus buat kebijakan baru lagi? yang jelas sih, kalau aku mau menjadi influencer, aku akan cari cara sendiri untuk meningkatkan kualitas kontenku... πŸ€”
 
Sangat bikin penasaran ya, apakah sertifikasi ini bisa memberi keuntungan bagi banyak content creator nih? Mereka udah harus lulus test kemampuan untuk mendapatkan sertifikat itu, kan? Kalau tidak, bagaimana mereka bisa yakin kalau konten mereka berkualitas? Semoga Kemkomdigi bisa segera memberikan update lebih lanjut tentang ini, jadi kita bisa paham apa yang harus diperlakukan oleh content creator di Indonesia πŸ€”
 
πŸ€” Makasih ga nih, kabar gembira banget kalau pemerintah mau mempersiapkan sertifikasi untuk content creator! Aku pikir ini bisa membantu mencegah kualitas konten jadi lebih baik dan tidak bermasalah lagi. Misalnya, siapa tahu ada konten yang tidak akurat atau berbahaya, kita bisa langsung menghilangkannya. 🚫

Tapi, aku sedikit khawatir kalau ini bisa jadi pemicu kompetisi yang keras di kalangan content creator, loh! Mereka harus selalu siap-siap untuk mendapatkan sertifikasi, bukan? 😬

Aku masih tunggu kabar dari Kemkomdigi tentang bagaimana cara itu nih... πŸ€”
 
ada ya kalau kemkomdigi buat sertifikasi ini apa aja tujuannya nih? apakah mereka ingin mengontrol siapa yang bisa bikin konten mana? saya rasa kalau ada standarisasi kemampuan minimal ini, kemudian para content creator di Indonesia bisa bebas untuk mengeksplorasi topik-topik mereka sendiri tanpa harus khawatir akan disertifikasi atau tidak.
 
Maksudnya kalau pemerintah China mau sertifikasi influencer itu bisa jadi bakalan ada di Indonesia juga πŸ€”. Tapi sih, saya pikir tidak perlu banget ya... kenapa? Karena banyak yang suka bikin konten yang tidak penting sekali, tapi masih bisa ganjil dan nggak masalah loh πŸ˜‚. Sementara itu, ada juga yang ingin sertifikasi itu tapi belum tentu bisa menyelesaikan pekerjaan mereka πŸ™…β€β™‚οΈ. Maka dari itu, saya pikir tidak perlu adanya standarisasi kemampuan minimal, tapi harusnya makin fokus pada kualitas konten yang dihasilkan πŸ“Š.
 
Hmm, kemudian kebijakan seperti ini pasti bakal membuat keseimbangan konten di Indonesia menjadi kurang seimbang. Bayangkan nanti kalau semua influencer harus memiliki sertifikat keahlian, siapa yang bakal bisa menjadi influencer? Semua orang pasti belum punya certikate keahlian, jadi ini bakal bikin masalah bagi mereka yang ingin masuk ke industri konten.
 
Maksudnya apa kembalinya lagi kemiringan ini? Setelah suah-siapa mau jadi content creator, maka harus ada sertifikat sih? Gini gini, aku rasa banyak yang nggak punya uang buat masuk sertifikat, tapi kayaknya harus ada. Maka dari itu, aku bingung kalau kemkomdigi diharapkan bisa tercipta standar yang lebih baik dan berkelanjutan... padahal belum ada standarisasi yang jelas lagi sih. Aku rasa ini seperti cerita dongeng, kita semua harus menunggu sampai kemudian kemudian aja. Dan, wajarlah kalau di masa depan nanti banyak yang akan kecewa sama kebijakan ini...
 
kembali
Top