Dua siswi SMPN 1 Terara, Nusa Tenggara Barat, kembali menjadi sorotan masyarakat setelah viral di media sosial. Keduanya terlihat menghujat menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterimanya, menggunakan bahasa daerah yang tidak pantas.
Menurut Kepala SMPN 1 Terara, Muhammad Zaini, siswi-siswi tersebut adalah murid-muridnya. Ia menjelaskan bahwa video yang berdurasi 23 detik itu awalnya dibuat untuk bersenda gurau, tetapi menjadi viral setelah diunggah oleh pihak luar.
"Kejadian ini kan insidentil, tidak terencana. Yang mengunggah video ini orang luar sehingga menjadi viral," kata Zaini.
Namun, Zaini memastikan bahwa siswi-siswi tersebut tidak akan mengeluarkan dari sekolah. Ia berjanji akan memberikan pembinaan dan sanksi kepada mereka.
"Saya tidak ingin mengeluarkan anak-anak ini dari sekolah. Kalau pun siswi kami di sini merasa terbeban oleh bully teman-temanya di sini, saya akan mencari sekolah yang lain. Akan tetapi kalau mereka masih bisa di sini, akan saya berikan pendampingan dan pembinaan," kata Zaini.
Menurut Zaini, siswi-siswi tersebut mengalami "broken home", sehingga melakukan tindakan seperti itu untuk mencari perhatian. Ia berpendapat bahwa mereka hanya mencari perhatian saja.
Sementara itu, pihak sekolah akan memberikan atensi khusus kepada siswi-siswi ini.
Menurut Kepala SMPN 1 Terara, Muhammad Zaini, siswi-siswi tersebut adalah murid-muridnya. Ia menjelaskan bahwa video yang berdurasi 23 detik itu awalnya dibuat untuk bersenda gurau, tetapi menjadi viral setelah diunggah oleh pihak luar.
"Kejadian ini kan insidentil, tidak terencana. Yang mengunggah video ini orang luar sehingga menjadi viral," kata Zaini.
Namun, Zaini memastikan bahwa siswi-siswi tersebut tidak akan mengeluarkan dari sekolah. Ia berjanji akan memberikan pembinaan dan sanksi kepada mereka.
"Saya tidak ingin mengeluarkan anak-anak ini dari sekolah. Kalau pun siswi kami di sini merasa terbeban oleh bully teman-temanya di sini, saya akan mencari sekolah yang lain. Akan tetapi kalau mereka masih bisa di sini, akan saya berikan pendampingan dan pembinaan," kata Zaini.
Menurut Zaini, siswi-siswi tersebut mengalami "broken home", sehingga melakukan tindakan seperti itu untuk mencari perhatian. Ia berpendapat bahwa mereka hanya mencari perhatian saja.
Sementara itu, pihak sekolah akan memberikan atensi khusus kepada siswi-siswi ini.