Tragedi Terapi, Kehidupan Sehari-Hari Orang Gagal Berpikir Berubah
Dalam sebuah kasus yang menimbulkan rasa shock di kalangan masyarakat, seorang terapis yang telah meninggal dunia ditemukan dilakukan pekerjaan lain yang tidak terkait dengan profesi terapi. Menurut sumber yang berwenang, korban terapis tersebut ditemukan bekerja sebagai petugas spa di sebuah tempat wisata di Pejaten, Jakarta Selatan.
Saksi menyatakan bahwa korban terapis tersebut ditemukan melakukan pekerjaan yang tidak terkait dengan profesi terapi, yaitu membersihkan kamar dan melakukan tugas-tugas lainnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana korban dapat berpindah dari profesi yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang tinggi menjadi pekerja di sektor pariwisata.
Polisi telah menyelidiki kasus tersebut dan menemukan bahwa korban terapis tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang tidak terkait dengan profesi terapi. Hal ini menimbulkan rasa curiga mengenai bagaimana korban dapat berpindah ke pekerjaan lain tanpa memperbarui pendidikannya.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana orang-orang dengan disabilitas intelektual (ABG) dapat berpindah dari profesi yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang tinggi menjadi pekerja di sektor pariwisata. Apakah ada kebijakan atau regulasi yang tidak terlalu ketat dalam hal ini?
Dalam sebuah kasus yang menimbulkan rasa shock di kalangan masyarakat, seorang terapis yang telah meninggal dunia ditemukan dilakukan pekerjaan lain yang tidak terkait dengan profesi terapi. Menurut sumber yang berwenang, korban terapis tersebut ditemukan bekerja sebagai petugas spa di sebuah tempat wisata di Pejaten, Jakarta Selatan.
Saksi menyatakan bahwa korban terapis tersebut ditemukan melakukan pekerjaan yang tidak terkait dengan profesi terapi, yaitu membersihkan kamar dan melakukan tugas-tugas lainnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana korban dapat berpindah dari profesi yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang tinggi menjadi pekerja di sektor pariwisata.
Polisi telah menyelidiki kasus tersebut dan menemukan bahwa korban terapis tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang tidak terkait dengan profesi terapi. Hal ini menimbulkan rasa curiga mengenai bagaimana korban dapat berpindah ke pekerjaan lain tanpa memperbarui pendidikannya.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana orang-orang dengan disabilitas intelektual (ABG) dapat berpindah dari profesi yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang tinggi menjadi pekerja di sektor pariwisata. Apakah ada kebijakan atau regulasi yang tidak terlalu ketat dalam hal ini?