Pemprov DKI Kaji Kenaikan Tarif TransJakarta Imbas DBH Dipotong

Pemprov DKI Jakarta Membuat Kajiannya untuk Mengangkat Tarif Transjakarta Sebelum Pada Tahun Depan

Menteri Dalam Negeri (Menlu) Indonesia menyatakan bahwa gubernur DKI Jakarta Pramono Anung sedang mempertimbangkan kenaikan tarif Transjakarta, bahkan sebelum kebijakan itu ditetapkan. Hal ini terjadi karena pemutusan Dana Bagi Hasil (DBH) yang dilakukan pemerintah pusat.

Dalam kesempatan di Grand Hyatt Jakarta, Jumat lalu, Pramono menekankan bahwa kajian akan dilakukan secara komprehensif untuk mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan kondisi keuangan daerah. Menurutnya, jika ada penyesuaian tarif, kebijakan itu akan diumumkan secara terbuka.

Namun, Pramono juga menyatakan bahwa tarif transportasi publik di Jakarta saat ini masih lebih murah dibandingkan dengan daerah lain di sekitar Ibu Kota. Dia menilai bahwa perlu diperhatikan bahwa tarif MRT dan LRT di Jakarta tidak naik meski ada pengurangan DBH hampir Rp 15 triliun.

Selain itu, menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, analisis subsidi tarif MRT dan LRT masih masuk dalam perhitungan. Dia menyatakan bahwa pengguna harus siap membayar Rp 6 ribu rupiah sebagai subsidi untuk menggunakan MRT dan LRT.

Sementara itu, dia juga menekankan bahwa tarif Transjakarta memerlukan penyesuaian karena tarif Rp 3.500 yang diterapkan sejak 2005 saat bus belum berganti nama Transjakarta. Menurut Syafrin, dengan angka upah minimum provinsi pada saat itu, jika dilakukan perhitungan, maka tarif tersebut akan meningkat menjadi Rp 21 ribu rupiah atau setara dengan Rp 5,3 juta.
 
Maaf kan, aku sengaja tidak membayar biaya kaki. Aku pikir pemprov DKI Jakarta harus bisa makin hemat lagi, tapi aku juga tahu kalau mereka harusnya bisa menangani penurunan DBH itu. Nah, kalau tarif Transjakarta naik sebelum tahun depan itu, aku khawatir banyak orang tidak bisa membayar. Aku pikir lebih baik jika pemerintah bisa mencari solusi lain, seperti makin efisien penggunaan energi listrik di Transjakarta itu.
 
Kalau mau tahu nanti apa aja caranya gak? Siapa yang bilang nggak naik tarif aja deh. Kepala DKI itu bilang tarif Transjakarta perlu di sesuaikan, tapi masih nggak jelas bagaimana caranya. Dan siapa aja yang bilang kalau tarif MRT dan LRT tidak naik meski ada pengurangan DBH? Kalau nggak ada subsidi, pengguna harus membayar Rp 6 ribu itu sih. Itu mahal banget!
 
omg, apakah benar kalau gubernur DKI Jakarta udah mulai mewajangin kenaikan tarif Transjakarta? serius ari, kalau ini benar, itu berarti semua keuntungan dari DBH yang diambil oleh pusat akan langsung diteruskan kepada warga. tapi, apa sih logika nya memangin kenaikan tarif sebelum kebijakan itu ditetapkan? kan lebih baik jika diumumkan terlebih dahulu agar publik dapat berdiskusi dan memberikan saran. kalau tidak, rasanya hanya akan menimbulkan kesan bahwa pemerintah cemas dengan DBH yang hilang.
 
ini cerita yang sama setiap tahunnya... apalagi kenaikan tarif transjakarta, itu bukan masalah yang sulit diatasi kan? tapi yang sulit adalah bagaimana masyarakat harus menghadapinya. kalau pemerintah ingin memangkas DBH, maka harus ada cara yang bijak dan tidak membuat rakyat terlajang. tarif transjakarta itu seharusnya dibuat lebih seimbang dengan kemampuan masyarakat. toh apa sih kebijakan ini? hanya untuk mengumpulkan dana atau buat kepentingan tertentu? saya sudah bosan dengan cara-cara ini...
 
kaya gampang ya, PEMKAB Jakarta mau naikin tarif Transjakarta sebelum tahun depan. apa yang bikin pemburu tiket Transjakarta senang sih? bisa di tambahkan fasilitas atau akses lebih baik ke daerah lain kayak itu. tapi kalau cuma penyesuaian biaya saja, toh mungkin pengguna justru tidak senang. pihak PEMKAB harus mempertimbangkan hal ini dan cari solusi yang tepat bukan?
 
Mengerti ya, kenaikan tarif Transjakarta sebelum tahun depan nantinya bisa masalah bagi pengguna yang sudah terbiasa dengan sistem transportasi ini. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam agar tidak mengecewakan masyarakat. Kalau tarifnya naik, pasti tidak semua orang mau berinvestasi untuk menggunakan transportasi umum lagi. Nah, bagaimana kalau kita coba cari alternatif lain? Misalnya, kita bisa meningkatkan efisiensi transportasi dengan memperbaiki jalur atau menambah truk pengemudi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan?
 
Aku pikir ini salah strategi sih. Membuat kajiannya sebelum tahun depan aja makin panjang prosesnya. Kalau serius ingin mengatasi masalah keuangan, giliran kalau meminjam uang dari bank dulu aja, bukan membuat banyak debat dan kajian yang berulang. Apalagi tarif Transjakarta sudah ada sejak 2005, tapi tidak pernah meningkat ya? Mungkin karena orang Jakarta tidak mau membayar lebih, tapi ini juga tidak baik sekali. Aku harap bisa melihat penataan anggaran yang efektif dan efisien untuk mengatasi masalah ini, bukan berulang kajiannya.
 
Aku pikir nggak masuk akal banget aji tarif Transjakarta dikenalkan sebelum tahun depan, apalagi karena DBH yang dibelanjakan masih banyak. Aku rasa lebih baik kalau govenor dan menteri punya waktu untuk ngobrol dan ngadopsi kebijakan yang tepat, bukan kenaikan tarif sembarangan.

Kalau mau naikin tarif Transjakarta, aku pikir harus ada analisis yang lebih spesifik tentang masalah transportasi di Jakarta dan bagaimana masyarakat akan merasa. Aku juga penasaran kenapa subsidi Rp 6 ribu untuk MRT dan LRT masih masuk dalam perhitungan, tapi tarif Transjakarta tidak? Itu jadi ketidakseimbangan yang bikin aku bingung.
 
Aku pikir kalau kenaikan tarif Transjakarta nanti pasti bikin kerumunan di stasiun-stasiunnya, banyak orang yang tidak bisa tidur karena harus bayar biaya parkir bus lagi. Aku rasa harus ada penyesuaian juga untuk masyarakat ekonomi rendah yang sekarang harus beban lebih beban keuangan. Kita lihat saja tarif MRT dan LRT yang kenaikan 10% itu, apakah orang yang menggunakan transportasi umum mau bayar lebih mahal lagi?
 
Kalau kalian tahu, sebenarnya sudah lama bukan lagi Transjakarta yang dipanggil bus jakarta. Kenapa? Karena dulu nama transportasi umum di Jakarta bernama BusJakarta. Jadi, siapa nanti nggak paham kalau perubahan itu memperbarui nama dari BusJakarta ke Transjakarta. Nah, kalau sudah seperti itu, tapi masih tarif Rp 3.500, kayaknya harus ada penyesuaian ya...
 
🤔 Hmm, ini benar-benar masalah yang kompleks banget. Mesti dipikirkan dari perspektif banyak orang, gak hanya dari sisi pemprov ataupun pemerintah pusat. Kita lihat keuangan daerah Jakarta apakah bisa menanggung penaikan tarif Transjakarta itu atau tidak? Saya harap pemrevol DKI Jakarta bisa melakukan analisis yang matang dan akurat, jadi kita semua bisa memahami situasi ini dengan lebih baik 😊.
 
Maksudnya siapa yang tidak senang? Tarif Transjakarta pasti makin mahal, tapi apa salahnya? Semua sudah ada di kebawah. Aku pikir lebih baik sekarang daripada nanti kalau kita naik tarif, aku malah khawatir kalau tidak semua orang bisa membayar Rp 6 ribu untuk MRT/LRT aja 🤑🚌
 
Maksudnya sih kalau gubernur DKI Jakarta ini sedang bereksperimen dengan harga transportasi umum di Jakarta. Nah, seperti kisah anime yang mana pasti ada prosesnya yang panjang dan rumit sebelum bisa menemukan solusi yang tepat. Nah, kayaknya kaya transaksi di Tokyo Ghoul di mana sebelum bisa mengakses tempat yang diinginkan harus berjalan melalui proses penyesuaian yang panjang dan sulit.
 
ini kayaknya kenaikkan tarif Transjakarta itu, tapi nggak bisa disangkal lagi kalau ada dana yang kurang. tapi apa yang salah juga kalau gublonya mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dan kondisi ekonomi daerah? tapi apa yang bikin aku curiga kayaknya tarif MRT dan LRT juga perlu aduh porsi dengan pembayaran nih, Rp 6 ribu itu nggak murah banget!
 
Wah, gampang banget sih kalau pemerintah Jakarta mau naikin tarif Transjakarta deh 🤑. Kalau dibandingin dgn MRT dan LRT, tapi bus Transjakarta still murah kok 😂. Saya pikir ini seperti cerita anime "Nana" kenaikan harga tiket kereta api, orang kena khawatir sih apa nanti kalau naikin tarif deh 🚂. Tapi mungkin ini semua bagian dari rencana jangka panjang ya...
 
Wah, sih kalau tarif Transjakarta naik sebelum tahun depan ini, gak mau terburu-buru kan? Pramono udah bilang bahwa kajian akan dilakukan secara komprehensif, tapi sepertinya dia belum mempertimbangkan apa yang akan terjadi pada masyarakat yang lebih miskin. Mereka udah harus membayar Rp 6 ribu sebagai subsidi untuk menggunakan MRT dan LRT, makanya naikin tarif Transjakarta lagi gak masuk akal, kan? Saya rasa perlu ada langkah yang lebih bijak dari pemerintah DKI Jakarta. Mungkin kalau bisa menyesuaikan tarifnya dengan angka upah minimum provinsi di saat itu, seperti Rp 21 ribu rupiah, mungkin bisa membuat kebijakan ini lebih adil.
 
kembali
Top