Banyak sekolah di Indonesia yang menjadi penerima manfaat Makan Bergizi Gratis (MBG) dari dapur yayasan, tetapi masih banyak sekolah lain yang kekurangan bahan-bahan dasar seperti tisu dan tempat buang air besar. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik Sudaryati Deyang mengingatkan para mitra dan pemilik yayasan yang bekerja sama dengan SPPG untuk memiliki kesadaran sosial dan tanggung jawab menghadapi kekurangan sekolah-sekolah tersebut.
"Jika ada sekolah yang tidak punya WC, kita harus membantu mendirikan WC. Jika ada sekolah yang bocor, kita harus menyumbang agar tidak genting", ujar Nanik saat Sosialisasi dan Penguatan Tata Kelola MBG serta Pengawasan dan Pemantauan SPPG di Kabupaten dan Kota Pasuruan, Jawa Timur.
BGN ini juga mengingatkan bahwa yayasan yang bekerja sama dengan SPPG harus tidak keterlaluan dalam mencari keuntungan. "Jangan beli bahan-baku secara semangkanya, jangan anggurnya cuma tiga doang", ujar Nanik.
Namun, ada lagi pesan penting dari BGN ini: para mitra dan pemilik yayasan harus dapat menggunakan insentif yang diberikan oleh pemerintah dengan bijak. "Anda sudah dapat Rp 6 juta per hari, tapi tidak main-main harga, karena ini sangat mahal", ujar Nanik.
Pada awalnya, Presiden Prabowo Subianto memang tidak mau melibatkan PT dan CV sebagai mitra SPPG dalam program MBG. Ia berpikir bahwa yayasan pendidikan, agama, dan sosial tidak memiliki dana untuk membantu kegiatan ini.
Namun, kemudian muncul yayasan-yayasan baru yang sebenarnya tidak memiliki niat yang baik. Mereka hanya mencari keuntungan dari program MBG tersebut. Oleh karena itu, para mitra dan pemilik yayasan harus lebih berhati-hati dalam memilih mitra yang dapat bekerja sama dengan SPPG.
"Jika ada sekolah yang tidak punya WC, kita harus membantu mendirikan WC. Jika ada sekolah yang bocor, kita harus menyumbang agar tidak genting", ujar Nanik saat Sosialisasi dan Penguatan Tata Kelola MBG serta Pengawasan dan Pemantauan SPPG di Kabupaten dan Kota Pasuruan, Jawa Timur.
BGN ini juga mengingatkan bahwa yayasan yang bekerja sama dengan SPPG harus tidak keterlaluan dalam mencari keuntungan. "Jangan beli bahan-baku secara semangkanya, jangan anggurnya cuma tiga doang", ujar Nanik.
Namun, ada lagi pesan penting dari BGN ini: para mitra dan pemilik yayasan harus dapat menggunakan insentif yang diberikan oleh pemerintah dengan bijak. "Anda sudah dapat Rp 6 juta per hari, tapi tidak main-main harga, karena ini sangat mahal", ujar Nanik.
Pada awalnya, Presiden Prabowo Subianto memang tidak mau melibatkan PT dan CV sebagai mitra SPPG dalam program MBG. Ia berpikir bahwa yayasan pendidikan, agama, dan sosial tidak memiliki dana untuk membantu kegiatan ini.
Namun, kemudian muncul yayasan-yayasan baru yang sebenarnya tidak memiliki niat yang baik. Mereka hanya mencari keuntungan dari program MBG tersebut. Oleh karena itu, para mitra dan pemilik yayasan harus lebih berhati-hati dalam memilih mitra yang dapat bekerja sama dengan SPPG.