Kondisi free float menjadi semakin penting bagi emiten yang ingin masuk ke dalam indeks MSCI. Apalagi ketika terjadinya perubahan metodologi dari MSCI. Meski masih bersifat wacana, namun banyak perusahaan yang mulai menantang diri untuk memperbesar porsi saham publik dan meningkatkan likuiditas perdagangan.
Dengan ini, kembali sibuknya perusahaan-perusahaan mengatur ulang struktur kepemilikan. Hal ini terutama dilakukan oleh perusahaan-perusahaan grup konglomerasi yang ingin masuk ke dalam indeks global MSCI. Mereka membutuhkan pemahaman yang jernih tentang metode baru ini.
Untuk memperoleh free float market cap yang tepat, banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang berusaha meningkatkan likuiditas perdagangan dan meningkatkan eksposur internasional. Masuk ke dalam indeks MSCI bukan hanya soal gengsi, tetapi juga akses ke arus dana asing yang besar.
Di tengah kemungkinan perubahan metodologi MSCI yang dapat berlaku mulai Mei 2026 ini, dorongan untuk memenuhi kriteria free float market cap makin terasa. Ada beberapa emiten yang sudah menangani target ini.
Dengan ini, kembali sibuknya perusahaan-perusahaan mengatur ulang struktur kepemilikan. Hal ini terutama dilakukan oleh perusahaan-perusahaan grup konglomerasi yang ingin masuk ke dalam indeks global MSCI. Mereka membutuhkan pemahaman yang jernih tentang metode baru ini.
Untuk memperoleh free float market cap yang tepat, banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang berusaha meningkatkan likuiditas perdagangan dan meningkatkan eksposur internasional. Masuk ke dalam indeks MSCI bukan hanya soal gengsi, tetapi juga akses ke arus dana asing yang besar.
Di tengah kemungkinan perubahan metodologi MSCI yang dapat berlaku mulai Mei 2026 ini, dorongan untuk memenuhi kriteria free float market cap makin terasa. Ada beberapa emiten yang sudah menangani target ini.