IPDN Bantah Calon Praja Asal Ternate Meninggal karena Kekerasan: Dokter Nyatakan Henti Detak Jantung

Kematian Calon Praja di Bawah Dampak Kekerasan atau Kenyataan Medis?

Di tengah kerumunan kegagalan menghadapi pelatihan, wakil rektor IPDN, Arief M. Edie, membantah bahwa Maulana Izzat Nurhadi, calon prada angkatan XXXVI asal Ternate, meninggal dunia karena kekerasan yang dialaminya selama mengikuti Diksarmendispra.

Menurut Arief, proses pendidikan dasar mental dan disiplin calon praja sangat fokus pada disiplin, bukan kekerasan. Program ini bertujuan untuk membentuk karakter dan disiplin calon praja IPDN dengan menggunakan metode yang tidak melibatkan kekerasan.

Namun, pernyataan Arief berantahan dengan laporan bahwa Maulana meninggal dunia karena henti jantung. Menurutnya, ketika Maulana mengalami kesulitan saat apel, dia dilarikan ke klinik dan kemudian dinyatakan meninggal pada Rabu pukul 23.00 WIB.

Saat di rumah sakit, petugas medis tidak menemukan luka di tubuh Maulana, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut. Dokter juga menyatakan bahwa Maulana meninggal dunia akibat henti detak jantung.

Tapi apa sebenarnya yang terjadi pada Maulana? Menurut Arief, Maulana tidak pernah mengalami kekerasan selama mengikuti Diksarmendispra. Ia hanya mengeluh tentang kondisi fisiknya yang mendadak lepas saat apel.

Pertanyaannya, apa yang menyebabkan Maulana meninggal dunia? Apakah sebenarnya terjadi kekerasan atau hanyalah kesalahan medis yang tidak dapat diatasi? Jawaban ini masih belum jelas dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
 
ini tapi apa yang terjadi dengan mereka ya? mereka kata Maulana tadi hari wafat karena kekerasan, tapi kemudian dinyatakan wafat karena henti detak jantung... kan kalau begitu mau berbicara tentang kekerasan itu gak masuk akal. mungkin ada sesuatu yang salah di rumah sakit atau apa. tapi tidak ada bukti yang jelas, kan? jadi aku rasa perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ya...
 
Mau bilang apa pun, aku rasanya kekerasan itu masih ada di pikiran banyak orang kalau mengingat masa-masa Diksarmendispra. Mungkin Maulana juga benar-benar sakit jantung, tapi aku yakin kalau kalau kamu pernah mengikuti program seperti itu, kamu akan ingat betapa sulitnya untuk tidak menyerah ketika diberi tugas yang susah-susah.

Aku pikir Arief M. Edie salah dalam penjelasannya, tapi mungkin aku hanya melihat dari sudut pandang yang terlalu sempit. Tapi aku rasa kalau ada lagi cerita belakang yang tidak kita ketahui, maka mungkin bisa menjawab pertanyaan apa yang membuat Maulana meninggal dunia itu sebenarnya 😕
 
aku rasa yang salah disini sih, mungkin kita harus tidak terburu-buru mengeksplorasikan apa yang terjadi padanya Maulana. aku pikir ada kesempatan untuk kita berbicara tentang masalah keamanan di sekolah dan bagaimana kita bisa melindungi anak-anak dari kesulitan-kesulitan seperti itu. tapi sekarang ada banyak pertanyaan yang belum jelas, apa benar Maulana mengalami kekerasan? atau mungkin ada kesalahan medis yang tidak dapat diatasi? aku rasa kita harus lebih teliti dan tidak memujuk langsung siapa saja yang bersangkutan.
 
Kalau mau tahu benar-benar apa yang terjadi dengann Maulana, mending langsung bertanya pada dokter yang menangani kasusnya. Tapi siapa tahu, mungkin ada seseorang yang ingin membalas dendam kepada Arief M. Edie karena dia bilang Maulana tidak mengalami kekerasan? Kalau tidak, maka jawabannya pasti henti detak jantung Maulana. Tapi bagaimana kalau Maulana itu bukan korban kekerasan, tapi lebih kepada kesulitan medis yang dialaminya? Mungkin Arief harus kembali ke buku pelajaran dan cari tahu lebih baik tentang bagaimana menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh seorang calon praja. 🤔
 
🤔 mungkin kalau mau cari benar pasti tidak ada luka apa pun di tubuh Maulana, tapi siapa tahu ada kesalahan medis yang bikin Maulana kehabisan napas 😬. sebenarnya program Diksarmendispra itu untuk membentuk karakter dan disiplin aja, bukan untuk bikin korban kekerasan 🙅‍♂️. tapi kalau mau percaya Arief si pengamat bahasa punya pendapat sendiri tentang apa yang terjadi ke Maulana 😊.
 
ini kalau mau tahu apa yang terjadi pada Maulana, tapi siapa nonton liputan stasiun TV dulu ya? ada kata bahwa Maulana mengalami "diksarmendispra" dan kemudian meninggal dunia, tapi sekarang juga ada yang bilang tidak ada luka di tubuhnya. ini kalau mau tahu pasti harusnya punya sumber yang lebih akurat daripada Arief ya?
 
aku pikir yang penting di sini adalah kenyataan bahwa Maulana meninggal dunia karena henti detak jantung, bukan kekerasan 🤕. tapi sih apa yang perlu dilihat adalah bagaimana program Diksarmendispra itu dirancang dan dilaksanakan, apakah ada kesalahan medis yang terjadi saat Maulana di rumah sakit? dan apa yang bisa dipelajari dari kejadian ini agar tidak terulang lagi di masa depan 🤔.
 
Rumus apa sih kalau mau nggak tahu siapa ngegas bakal manggil kematian Maulana! 🤔 Arief M. Edie itu bilang Maulana tidak pernah mengalami kekerasan selama mengikuti Diksarmendispra, tapi laporan dari dokter juga bilang henti detak jantung. Kita nggak tahu apa sih yang sebenarnya terjadi di sana! 🤷‍♂️ Belum ada jawaban yang pasti, kayaknya perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut ya... 🕵️‍♂️
 
Gue rasa ada sesuatu yang tidak kena-kena di sini... kalau Maulana itu nggak pernah mengalami kekerasan, tapi dokter punya pesan yang berbeda... gue pikir mungkin ada sesuatu yang tidak terbuka, tapi gue juga tidak bisa pasti... apakah ini tentang keselamatan calon praja atau apa?
 
Aku rasa Arief banyak salah lagi, kok! Mau dipercaya atau tidak, aku sudah tahu Maulana meninggal karena kekerasan yang dialaminya selama Diksarmendispra itu pasti benar! Aku sendiri pernah mengikuti adegan itu juga, dan aku bisa melihat langsung bagaimana kekerasan itu membuat Maulana terluka parah. Tapi kalau tidak ada luka yang keluar dari tubuhnya saat di rumah sakit, maka apa yang terjadi? Aku pikir itu adalah tanda bahwa Maulana sudah mati akibat luka yang dia terima selama adegan itu. Jangan percaya dengan kata-kata yang dikatakan oleh orang-orang yang tidak memiliki informasi yang benar! 🙄💔
 
ini kalau kira Maulana meninggal karena kekerasan saat mengikuti Diksarmendispra itu pasti sangat menyesal, tapi apakah benar-benar ada bukti yang jelas tentang hal itu? saya pikir ada beberapa hal yang perlu dicermati, seperti laporan medis Maulana sendiri dan catatan dari petugas rumah sakit. kalau tidak ada alasan kekerasan, mungkin ada kesalahan lain yang terjadi, seperti penanganan medis yang salah atau kondisi sehat Maulana yang tidak diprediksi.

saya juga ingin tahu lebih lanjut tentang program Diksarmendispra itu sendiri. apa benar-benar program tersebut fokus pada disiplin dan tidak kekerasan? atau mungkin ada kesalahan dalam pelaksanaannya? saya berharap pemerintah dan lembaga pendidikan dapat melakukan penyelidikan yang lebih lanjut untuk mengetahui akhirnya apa yang terjadi pada Maulana.
 
Kalau asalkan Maulana nggak terkena kekerasan, siapa yang bisa membantu dia kalau dia punya masalah fisik apa pun? Apakah pemerintah boleh bertanggung jawab atas keselamatan calon praja? Aku pikir pemerintah harus lebih teliti lagi dalam menghadapi isu-isu ini, jangan cuma ngomong aja, tanya-tanya juga.
 
Saya pikir mungkin kita harus kembali ke masa lalu, saat calon praja masih mengikuti program pendidikan dasar mental dan disiplin di IPDN. Saya tahu itu semua sudah berlalu beberapa tahun yang lalu, tapi saya pikir penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Maulana. Jika benarnya tidak ada kekerasan saat dia mengikuti Diksarmendispra, maka mungkin ada kesalahan medis yang tidak dapat diatasi yang menyebabkan kematian Maulana. Saya ingin tahu lebih banyak lagi tentang apa yang terjadi pada Maulana dan bagaimana kita bisa belajar dari kejadian ini. 🤔
 
kembali
Top