Wuling di Indonesia sebenarnya merupakan pemain baru dalam industri otomotif. Mereka tidak langsung tiba di tanah air untuk memasarkan mobil, melainkan memiliki langkah yang matang dengan membangun pabrik di Cikarang dan merilis varian perdananya, yaitu Confero, sebuah MPV keluarga yang merupakan jenis mobil terpopuler di negeri ini. Hasilnya? Sama sekali tidak buruk. Diluncurkan Juli 2017, Wuling Confero sudah terjual 4.958 unit pada Desember tahun tersebut.
Namun, setelah itu, Wuling terus berani bermain di segmen MPV dengan meluncurkan seri Cortez yang dibanderol dari 218 s/d 264 juta rupiah. Pada 2019, Cortez juga mendapatkan upgrade dengan diluncurkannya Cortez Turbo yang harganya mencapai 282 juta rupiah untuk tipe L bertransmisi CVT.
Selain itu, Wuling juga mulai ikut bermain di segmen mobil niaga dengan seri Formo-nya yang hadir dalam varian blind van dan minibus. Sementara pada 2019, selain meng-upgrade Cortez, Wuling juga mulai ambil bagian di sektor SUV lewat Almaz.
Lalu, Wuling meluncurkan Air EV, sebuah mobil listrik kecil yang memang dinobatkan sebagai mobil resmi gelaran G20 dan kehadirannya langsung mencuri perhatian. Modelnya yang lucu, ukurannya yang mungil, dan kemudahannya bermanuver di jalan-jalan sempit perkotaan membuat Wuling Air EV dengan cepat menjadi mobil listrik terlaris di Indonesia.
Tahun lalu, BinguoEV sukses menyalip posisi Air EV sebagai mobil terlaris Wuling. Namun, pada 2024 status Wuling sebagai penguasa mobil Tiongkok di Indonesia mulai goyah. Keberhasilan mereka membuka jalan dimanfaatkan oleh jenama-jenama lain untuk juga melakukan ekspansi besar-besaran.
Sebagai contoh, BYD, yang sudah mampu bertarung head-to-head dengan Tesla di kancah global, pada akhirnya juga sanggup merebut hati konsumen Indonesia. Terbukti, pada 2024 lalu, BYD M6 sukses jadi mobil listrik terlaris Indonesia, mengalahkan BinguoEV yang duduk di peringkat kedua.
Tahun ini, penjualan Wuling, terutama di segmen kendaraan listrik, semakin menurun. Tiga model EV mereka memang masih ada di 10 besar, tapi tidak satu pun dari mereka menembus 5 besar. BYD makin berkuasa dengan seri Atto, M6, dan Sealion yang duduk di tiga besar, disusul Denza D9 dan Chery iCar di peringkat empat dan lima.
Sanggupkah Wuling memenangkan "perang saudara" yang semakin lama semakin sengit? Merek ini sudah menyadari betapa peliknya posisi mereka. Dalam wawancara dengan Sindo News, seorang perwakilan Wuling mengatakan bahwa strategi mereka kini adalah terus menghadirkan produk yang bisa diterima dengan baik dan sesuai kebutuhan konsumen Indonesia.
Upaya ini menunjukkan bahwa Wuling jelas tidak akan menyerah begitu saja meski menghadapi persaingan berat dari para saudaranya. Merekalah yang mengedukasi publik Indonesia bahwa mobil Tiongkok sekarang sudah bagus, tapi mampukah mereka memenangi perang saudara ini?
Namun, setelah itu, Wuling terus berani bermain di segmen MPV dengan meluncurkan seri Cortez yang dibanderol dari 218 s/d 264 juta rupiah. Pada 2019, Cortez juga mendapatkan upgrade dengan diluncurkannya Cortez Turbo yang harganya mencapai 282 juta rupiah untuk tipe L bertransmisi CVT.
Selain itu, Wuling juga mulai ikut bermain di segmen mobil niaga dengan seri Formo-nya yang hadir dalam varian blind van dan minibus. Sementara pada 2019, selain meng-upgrade Cortez, Wuling juga mulai ambil bagian di sektor SUV lewat Almaz.
Lalu, Wuling meluncurkan Air EV, sebuah mobil listrik kecil yang memang dinobatkan sebagai mobil resmi gelaran G20 dan kehadirannya langsung mencuri perhatian. Modelnya yang lucu, ukurannya yang mungil, dan kemudahannya bermanuver di jalan-jalan sempit perkotaan membuat Wuling Air EV dengan cepat menjadi mobil listrik terlaris di Indonesia.
Tahun lalu, BinguoEV sukses menyalip posisi Air EV sebagai mobil terlaris Wuling. Namun, pada 2024 status Wuling sebagai penguasa mobil Tiongkok di Indonesia mulai goyah. Keberhasilan mereka membuka jalan dimanfaatkan oleh jenama-jenama lain untuk juga melakukan ekspansi besar-besaran.
Sebagai contoh, BYD, yang sudah mampu bertarung head-to-head dengan Tesla di kancah global, pada akhirnya juga sanggup merebut hati konsumen Indonesia. Terbukti, pada 2024 lalu, BYD M6 sukses jadi mobil listrik terlaris Indonesia, mengalahkan BinguoEV yang duduk di peringkat kedua.
Tahun ini, penjualan Wuling, terutama di segmen kendaraan listrik, semakin menurun. Tiga model EV mereka memang masih ada di 10 besar, tapi tidak satu pun dari mereka menembus 5 besar. BYD makin berkuasa dengan seri Atto, M6, dan Sealion yang duduk di tiga besar, disusul Denza D9 dan Chery iCar di peringkat empat dan lima.
Sanggupkah Wuling memenangkan "perang saudara" yang semakin lama semakin sengit? Merek ini sudah menyadari betapa peliknya posisi mereka. Dalam wawancara dengan Sindo News, seorang perwakilan Wuling mengatakan bahwa strategi mereka kini adalah terus menghadirkan produk yang bisa diterima dengan baik dan sesuai kebutuhan konsumen Indonesia.
Upaya ini menunjukkan bahwa Wuling jelas tidak akan menyerah begitu saja meski menghadapi persaingan berat dari para saudaranya. Merekalah yang mengedukasi publik Indonesia bahwa mobil Tiongkok sekarang sudah bagus, tapi mampukah mereka memenangi perang saudara ini?