Wisata Blusukan DIgemari, Yogya Tata Kampung Kumuh

"Yogyakarta's Hidden Gem Falls Under Scrutiny as Tourists Flock to Village in Disrepair"

In the picturesque town of Slukec, Yogyakarta, a surprising phenomenon has been observed – tourists flocking to an area that is often regarded as one of the most neglected and impoverished villages in the region. The village's rustic charm and breathtaking natural surroundings have apparently become too enticing for visitors from across the country.

While some may view this trend with skepticism, others argue that it is a stark reminder of the complex relationship between tourism development and rural poverty. The influx of tourists has brought much-needed economic opportunities to the village, but at what cost? The local infrastructure remains woefully inadequate, leaving residents struggling to cope with the increased demand for basic services.

The villagers themselves seem divided on the issue. Some see the influx of tourists as a lifeline, providing them with a chance to earn a living and support their families. However, others express concerns about the erosion of traditional ways of life and the loss of their cultural identity.

"It's like our village is being commercialized," said one local resident. "We're losing our connection to our heritage and way of life. The tourists come, take pictures, and leave – but they don't stay or care about what happens here after they've left."

As Yogyakarta continues to court tourism as a key driver of economic growth, the question remains: at what point does development become unsustainable? How can local authorities balance the need for revenue with the need to protect the very essence of their rural communities?

The village's situation serves as a poignant reminder that tourism is not just about visiting iconic landmarks; it's also about understanding the intricate web of social, economic, and environmental relationships that underpin rural life.
 
🤔 Mau banget kenapa Slukec kayak nggak bisa seimbang kan? Apalagi ari-ari turis datang dan pergi tanpa peduli sama sekali kaya gitu. Bayangkan aja kalau ada banyuwangi yang terkena dampak sama kayaknya, pasti akan jadi masalah besar. Mungkin arikah semestinya juga harus dihormati kebutuhan penduduk lokal, kayak bukti orang ini yang bilang commercialization.
 
itu kayak mirip banget dengan kasus-kasus lain di Indonesia dimana pariwisata seringkali menguntungkan suatu daerah tapi juga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kehidupan masyarakat lokal... contohnya aja di Sulawesi Utara, wisatawan seringkali melanggar hukum dan pola hidup masyarakat lokal ada lagi di Bali sih...

masih banyak pertanyaan yang harus dijawab, apalagi dengan sektor pariwisata yang terus tumbuh... kayaknya perlu dilakukan evaluasi yang matang agar tidak kehilangan aspek budaya dan lingkungan alam...
 
Saya pikir ini bukan sekedar masalah tentang pariwisata. Kalau mau diinjak-injak pariwisata, apa yang harus dibayangkan dari tempat itu? Apakah kita hanya lihat keindahan alamnya saja? Nah, tapi ternyata ada yang lebih penting lagi, yaitu keseimbangan antara pengembangan ekonomi dengan pencegahan penurunan budaya adat. Saya khawatir kalau kita terlalu fokus pada pendapatan uang, lupa akan kehidupan masyarakat setempat. Kalau tidak hati-hati, tempat-tempat seperti ini bisa jadi menjadi spot liburan untuk orang-orang yang lebih kaya, tapi bukan tempat yang sebenarnya menarik bagi para wisatawan lokal. Kita harus pikir berdua, tentang bagaimana cara mengelola pariwisata agar tidak merusak kehidupan masyarakat setempat. 🤔
 
Pernah lihat keadaan itu di Slukec? Kalau bisa pergi ke sana, kira-kira bagaimana rasanya jika tidak ada fasilitas yang cukup untuk melayani wisatawan? Aku pikir kalau ini bukan kehebohan wisatawan aja tapi juga masalah dengan pola ekonomi di daerah ngegas. Mereka lihat untungnya, tapi orang lokal itu bagaimana caranya? Masih bisa hidup dengan baik atau harus terus bekerja keras sambil merasa diabaikan?
 
itu mas, kayak gini pasti bakalan serius ya... kemiskinan di daerah itu kaya gampangnya bisa buka bisnis nih, tapi apa ada yang diterima oleh masyarakat sendiri? aku rasa penting banget agar pemerintah dan wisatawan jangan lupa keberatan penduduk lokal deh, nggak hanya nongkrut dan mau dipermalukan aja 😐
 
Aku pikir kalau ini kaya aja dengan desa di daerahku, kaya aja ada yang suka foto-foto dan lupa kembali ke asal-usulnya... tapi aku tahu kalau Yogyakarta bukan desa mana-mana, kayaknya harus ada cara untuk mengaturin agar desanya tidak terlupakan dengan perkembangan. Aku rasa pemerintah harus membuat jadwal kunjungan yang lebih baik lagi, jadi wisatawan tidak terlalu banyak dan berdampak pada masyarakat setempat. Kalau bisa membuat desa ini menjadi tempat yang lebih baik dan masih terawat, aku pikir itu akan lebih baik dari kalau hanya sekedar foto-foto aja... 😊
 
omg ternyata ada juga pengunjung yang datang ke desa slukec yang gampangnya terpencil tapi kayak gak ada masalah sama ari kalau mau jalan-jalan di situ 😂. tapi serius, sih desa ini memang masih super keterpencilan, kayak ari-ari kaya aja di jalanan masih kotor dan rata-rata ada yang mengalami kesulitan mendapat fasilitas dasar seperti air bersih dan listrik 💧🔌. tapi ari kalau bisa mendapatkan pendapatan dari wisata juga tidak terlalu menentu, kayak banget desa ini mulai terusir 🤯. aku pikir ada solusi lain jg buat kesejahteraan masyarakat, misalnya melihat pengembangan infrastruktur yang seimbang dengan pemberdayaan masyarakat dan tidak terlalu mengutamakan keuntungan ari wisatawan 😊.
 
🌴🤕 Siapa yang bilang ini bisa berkembang dengan baik? Kalau mau jadi penginapan dan restoran kita harus membangun fasilitas yang lebih baik sejak awal. Jangan biarkan kita jadi tempat liburan yang kotor dan rusak 😷. Mereka datang untuk foto-foto, tapi kita harus punya kehidupan yang lebih baik dari itu 🤝. Kita harus melindungi budaya dan tradisi kita, bukan hanya sekedar uang 💸👊
 
kembali
Top