Wisata Blusukan DIgemari, Yogya Tata Kampung Kumuh

Yogyakarta's Tourist Attractions Overcrowded, Local Villages Left to Wither

The usually vibrant Yogyakarta province has been transformed into a scene of neglect and disrepair. As the city's popularity soars with tourists flocking to see its historical landmarks, local villages have been left in a state of disarray.

Many rural areas have become dumping grounds for waste, with trash and debris accumulating on the streets and in homes. The once-thriving neighborhoods are now marked by crumbling buildings and overgrown gardens. Residents who were once proud owners of their properties now struggle to maintain even the most basic level of cleanliness.

The influx of tourists has also led to an increase in prices for housing, making it difficult for locals to afford even their own homes. Many have been forced to seek alternative accommodations, leaving them with limited access to essential services such as healthcare and education.

The government's failure to address these issues has only exacerbated the problem. Efforts to promote sustainable tourism and protect local communities have been met with resistance, as officials prioritize economic growth over social welfare.

As Yogyakarta continues to attract millions of visitors each year, it is clear that something must be done to balance the needs of both tourists and residents. The preservation of cultural heritage sites, such as Borobudur and Prambanan, is crucial, but it must be achieved without neglecting the well-being of local communities.

The city's mayor has acknowledged the issue, stating that his administration will prioritize urban renewal projects that benefit both residents and visitors. However, critics argue that more concrete measures are needed to address the deep-seated problems plaguing Yogyakarta's rural areas.

Until then, the situation remains bleak for those living in the shadows of Yogyakarta's tourist attractions. As the city continues to grow in popularity, it is essential that its leaders prioritize the needs of its residents and strive for a more sustainable future.
 
Hampir semua wisata di Jogja udah padat banget, siapa yang mau ke sana hari ini bakal kewih, tapi apa dengan orang-orang yang hidup disana? Rumah-rumahnya sudah panas, biayanya naik sekali. Saya ingat saat-saat itu masih bisa membeli rumah di Jogja dengan harga murah, tapi sekarang jauh lebih sulit. Gua pikir pemerintah harus melihat masalah ini dan tidak hanya fokus pada pendapatan negara.
 
🤕 rasanya makin kayak kota wisata ini sengaja biarkan kampung-kampung di pinggir kota gila sampah 😷 kalo kamu pergi borobudur dan prambanan, tapi di sekitar itu ada kampung yang jadi sampah tempat. apa salahnya kita sibuk ngikutin wisata, tapi lupa kaitannya sama penduduk lokal 🤷‍♀️ harus jelas nih, apakah kita mau wisata tanpa biaya untuk penduduk lokal atau kita ingin punya destinasi wisata yang nyaman dan aman? 🤔
 
Maksudnya kalau wisata kita nggak bisa diatur? Kita lihatin arianya kaya gini, tempat-tempat wisata makin populer tapi komunitas lokal makin rusak. Jadi apa yang bikin kayaknya ini terjadi? Aku pikir itu karena kurang perencanaan dan prioritas yang salah. Kita nggak bisa terus memprioritaskan penghasilan dari wisata di atas kesejahteraan masyarakat lokal. Banyak sekali pariwisata yang harus kita buat lebih ramah lingkungan, misalnya pembersihan tempat-tempat wisata dan pembangunan fasilitas pendukung bagi komunitas lokal. Itu juga penting agar kita bisa membuat penghasilan dari pariwisata tidak hanya untuk kepentingan saja, tapi juga jadi investasi yang baik bagi masyarakat.
 
Maksudnya apa aja? Kalau kaya begitu, mesti ada cara lagi buat mengatur akses wisatawan dengan penduduk setempat. Kita boleh banterai seperti ini: wisatawan datang, lihat-dengar-pelajari, pulang! Tapi, apakah itu enough? Aku pikir perlu ada sistem yang lebih komprehensif, seperti program kerja sama antara pemerintah dan masyarakat lokal. Kita bisa mulai dari program pembersihan lingkungan, pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, hingga pendukung bagi para pengusaha lokal. Jadi, wisatawan bisa merasakan kualitas hidup yang baik di Yogyakarta, bukan hanya bersemangat melihat Borobudur! 🤔
 
ada apa yang terjadi di yogyakarta itu kayaknya sangat kecewa... kaya gini sih. seribu orang datang dan pergi, tapi kira-kira apa? kaya kita yang tinggal di sana yang harus menderita. apalagi borobudur itu sudah terlalu ramai, aku punya teman kecil itu jadi pengemudi ojek gojek dan dia bilang kalau tidak ada tempat parkir, dia harus jauh-jauh ke pinggiran kota untuk mencari tempat. kayaknya juga sama-sama kita yang harus mengorbankan kehidupan kita sendiri.
 
Duh, kalau gak ada aturan yang ketat, semua tempat wisata di Yogyakarta pasti akan padat banget. Saya pun suka kunjung wisata di sana, tapi aku juga nyesal lihat kondisi kampung-kampung di sekitar itu. Belum lagi biaya sewa rumah yang naik banget, aku pun pernah harus cari tempat lain untuk tinggal. Aku rasa pemerintah harus fokus lebih pada perencanaan wisata yang ramah lingkungan dan masyarakat lokal, jangan cuma fokus biaya ekonomi. 🤷‍♂️💔
 
Gak paham kenapa banyak sekali turis datang ke Yogyakarta tapi lokal banget yang terlupakan 🤷‍♂️. Mereka tinggal di daerah kotor, sampah banget keluar dari rumah mereka. Sementara itu, harga bangunan naik sangat pesat, sehingga orang lokal tidak bisa membeli propi mereka sendiri lagi. Mau dipakai untuk kegiatan ekonomi hayo, siapa tahu mau ada solusi yang baik untuk daerah ini 🤔
 
Mana lagi bro, nggak sih yang nggak ada tempat yang nyaman untuk nyamukin di rumah kita? Yogyakarta ini semakin berantakan, tapi kalau kayaknya kawan kita mau punya pariwisata yang seru, harus ada cara yang bijak buat ngelola masalah ini 🤣. Kalau kaya aja numpangin waste dari wisatawan ke desa-desa di sekitar, itu sih tidak tepat ya? Minta2 pihak berwenang, jangan sabar-sabar, buat ide-ide yang positif aja, nggak cuma tentang uang aja 🤑.
 
kembali
Top