WEGE Tegaskan, Sepinya di Bandara Dhoho Kediri Tidak Mengancam Kinerjanya
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) menarik perhatian masyarakat terkait sepinya penumpang di Bandara Dhoho Kediri. Mega proyek tersebut secara resmi beroperasi pada 5 April 2024 lalu dan merupakan salah satu yang menambah deretan pencapaian bagi WEGE.
Dalam wawancara dengan wartawan, Direktur Operasi I WEGE, Bagus Tri Setyana, menyatakan bahwa sepinya bandara di tempat tersebut disebabkan oleh kurangnya kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD).
"Sepiya itulah yang belum terjadi. Kalau ada TOD-nya pasti bangunan gedung juga banyak. Ada namanya dormitori haji dan sebagainya," kata Bagus.
Meskipun demikian, Bagus menegaskan bahwa Bandara Dhoho Kediri menambah reputasi bagi WEGE sebagai kontraktor bangunan yang nomor satu di Indonesia. Proyek ini juga membawa dampak komersial dan menjadi penyumbang kinerja laba bagi perusahaan tersebut.
"Kami memiliki reputasi yang baru. Menambah reputasi kami sebagai building construction yang nomor satu ya," ujarnya.
Selain itu, kontribusi dari proyek bandara di Kediri, Jawa Timur, juga cukup signifikan pada periode 2022 hingga 2023. Menurut Bagus, pemilik Bandara Dhoho sudah melunasi pembayaran sepenuhnya dan berharap proyek tersebut dapat kembali "hidup".
"Minginnya dibangun itu nempel terus itu capnya, 'Building by WIKA Gedung' gitu ya. Setiap ada passenger bisa membaca gitu ya, itu sebagai marketing promosi juga melalui WIKA Gedung. Sisi itu yang kami belum dapatkan di pembangunan Bandara Kediri oleh kami," tuturnya.
Proyek Bandara Dhoho Kediri memiliki nilai investasi Rp1,82 triliun dan merupakan proyek bandara pertama di Indonesia yang didanai sepenuhnya oleh swasta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) menarik perhatian masyarakat terkait sepinya penumpang di Bandara Dhoho Kediri. Mega proyek tersebut secara resmi beroperasi pada 5 April 2024 lalu dan merupakan salah satu yang menambah deretan pencapaian bagi WEGE.
Dalam wawancara dengan wartawan, Direktur Operasi I WEGE, Bagus Tri Setyana, menyatakan bahwa sepinya bandara di tempat tersebut disebabkan oleh kurangnya kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD).
"Sepiya itulah yang belum terjadi. Kalau ada TOD-nya pasti bangunan gedung juga banyak. Ada namanya dormitori haji dan sebagainya," kata Bagus.
Meskipun demikian, Bagus menegaskan bahwa Bandara Dhoho Kediri menambah reputasi bagi WEGE sebagai kontraktor bangunan yang nomor satu di Indonesia. Proyek ini juga membawa dampak komersial dan menjadi penyumbang kinerja laba bagi perusahaan tersebut.
"Kami memiliki reputasi yang baru. Menambah reputasi kami sebagai building construction yang nomor satu ya," ujarnya.
Selain itu, kontribusi dari proyek bandara di Kediri, Jawa Timur, juga cukup signifikan pada periode 2022 hingga 2023. Menurut Bagus, pemilik Bandara Dhoho sudah melunasi pembayaran sepenuhnya dan berharap proyek tersebut dapat kembali "hidup".
"Minginnya dibangun itu nempel terus itu capnya, 'Building by WIKA Gedung' gitu ya. Setiap ada passenger bisa membaca gitu ya, itu sebagai marketing promosi juga melalui WIKA Gedung. Sisi itu yang kami belum dapatkan di pembangunan Bandara Kediri oleh kami," tuturnya.
Proyek Bandara Dhoho Kediri memiliki nilai investasi Rp1,82 triliun dan merupakan proyek bandara pertama di Indonesia yang didanai sepenuhnya oleh swasta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).