Warga Huta Nabolon Bertahan Dalam Keadaan Kesusahan
Puluh warga di Lingkungan IV, Kelurahan Huta Nabolon, Tapanuli Tengah, masih bertahan di tengah kegelapan dan dingin malam tanpa pakaian bersih. Mereka tidak bisa menyangkal kenyataannya, di mana mereka harus bergantung pada tetangga lain untuk mendapatkan pakaian yang masih bisa jemur.
Margembira Gultom (41), salah satu warga yang berada di rumahnya bersama keluarganya, mengatakan bahwa ia dan ayahnya juga berbagi pakaian bersih dengan tetangganya. Ia juga membuat dirinya sebagai tempat pengungsian darurat untuk para korban banjir yang terdampak.
Rumah Margembira yang dihuni bersama keluarganya sendiri tidak terkena dampak amukan banjir bandang. Hal ini karena rumah mereka berada di bukit, lebih tinggi dari banyak rumah lainnya dan jauh dari alur banjir.
"30 KK ada yang tertinggal bersamaku. Kami hanya memasak 8 liter beras untuk satu kali makan. Karena tidak bisa lagi menemukan sumber lauk. Kami juga menyiapkan babi dan lembu ternak kami untuk dibagi-bagikan," ungkap Margembira saat ditemui di rumahnya.
Kondisi mereka mulai berubah setelah bantuan logistik kebutuhan pokok tiba, baik dari pemerintah maupun keluarga. Namun, ia mengatakan bahwa pakaian bersih dan layak pakai masih dibutuhkan.
Puluh warga di Lingkungan IV, Kelurahan Huta Nabolon, Tapanuli Tengah, masih bertahan di tengah kegelapan dan dingin malam tanpa pakaian bersih. Mereka tidak bisa menyangkal kenyataannya, di mana mereka harus bergantung pada tetangga lain untuk mendapatkan pakaian yang masih bisa jemur.
Margembira Gultom (41), salah satu warga yang berada di rumahnya bersama keluarganya, mengatakan bahwa ia dan ayahnya juga berbagi pakaian bersih dengan tetangganya. Ia juga membuat dirinya sebagai tempat pengungsian darurat untuk para korban banjir yang terdampak.
Rumah Margembira yang dihuni bersama keluarganya sendiri tidak terkena dampak amukan banjir bandang. Hal ini karena rumah mereka berada di bukit, lebih tinggi dari banyak rumah lainnya dan jauh dari alur banjir.
"30 KK ada yang tertinggal bersamaku. Kami hanya memasak 8 liter beras untuk satu kali makan. Karena tidak bisa lagi menemukan sumber lauk. Kami juga menyiapkan babi dan lembu ternak kami untuk dibagi-bagikan," ungkap Margembira saat ditemui di rumahnya.
Kondisi mereka mulai berubah setelah bantuan logistik kebutuhan pokok tiba, baik dari pemerintah maupun keluarga. Namun, ia mengatakan bahwa pakaian bersih dan layak pakai masih dibutuhkan.