Malam ini, saya berjalan di Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia. Saya menempatkan kaki saya di titik 0 Dataran Merdeka, titik yang menjadi awal dari semua jalan di kota ini. Di sini, sejarah kemerdekaan Malaysia tercetus. Ketika Bendera Union Jack milik Britania Raya diturunkan dan diganti dengan pengibaran Bendera Federasi Malaya di tengah malam tanggal 31 Agustus 1957.
Saya berdiri di antara Gedung Sultan Abdul Samad dan Dataran Merdeka. Di sini, saya bisa merasakan sejarah yang dipamerkan di sekitar saya. Namun, saya juga tidak bisa menghindari perasaan kejutan saat melihat bagaimana jalan ini telah berubah menjadi hal yang baru.
Saya kemudian melanjutkan langkah kaki di trotoar Jalan Raja. Menuju ujung dari Dataran Merdeka, lalu menyeberangi sungai Gombak melalui jembatan The River of Life hingga sampai di pelatan Masjid Jamek. Di seberang Masjid Jamek, terdapat kompleks perniagaan terkenal.
Saya kemudian menemukan Jalan Tun Perak, yang dahulu bernama Jalan Jawa. Orang Bugis, Serawak, dan Jawa menetap di sini. Nama ini diambil dari perwira angkatan laut Britania Raya Laksamana Armada Louis Francis Albert Victor Nicholas Mountbatten.
Jalan ini terus menjadi magnet bagi investor kala itu. Denyut perekonomian di sana berkembang pesat. Kawasan semakin ramai. Orang-orang dari latar belakang beragam berdatangan.
Saya kemudian melihat Dataran Merdeka, pusat perniagaan terkenal yang dahulu bernama Jalan Jawa. Nama ini diambil dari Tun Perak yang merupakan bendahara Kesultanan Melayu Melaka.
Perubahan nama jalan ini sebagai usaha Malaysia mengganti segala sesuatu yang berbau Inggris. Berbagai perubahan telah terjadi selama beberapa dekade, namun kebudayaan dan sejarah di sini tetap hidup.
Saya melanjutkan perjalanan saya dengan merasakan betapa kompleksnya sejarah Kuala Lumpur. Saya mengetik di hati bahwa setiap langkah saya membawa saya lebih dekat dengan kejadian-kejadian yang menarik dan beragam di kota ini.
Saya melanjutkan perjalanan saya, menempatkan kaki saya di trotoar Jalan Raja. Saya akan terus melangkah, mengumpulkan pengalaman baru dan mengetahui lebih banyak tentang Kuala Lumpur dan sejarahnya yang kaya dan kompleks.
Saya berdiri di antara Gedung Sultan Abdul Samad dan Dataran Merdeka. Di sini, saya bisa merasakan sejarah yang dipamerkan di sekitar saya. Namun, saya juga tidak bisa menghindari perasaan kejutan saat melihat bagaimana jalan ini telah berubah menjadi hal yang baru.
Saya kemudian melanjutkan langkah kaki di trotoar Jalan Raja. Menuju ujung dari Dataran Merdeka, lalu menyeberangi sungai Gombak melalui jembatan The River of Life hingga sampai di pelatan Masjid Jamek. Di seberang Masjid Jamek, terdapat kompleks perniagaan terkenal.
Saya kemudian menemukan Jalan Tun Perak, yang dahulu bernama Jalan Jawa. Orang Bugis, Serawak, dan Jawa menetap di sini. Nama ini diambil dari perwira angkatan laut Britania Raya Laksamana Armada Louis Francis Albert Victor Nicholas Mountbatten.
Jalan ini terus menjadi magnet bagi investor kala itu. Denyut perekonomian di sana berkembang pesat. Kawasan semakin ramai. Orang-orang dari latar belakang beragam berdatangan.
Saya kemudian melihat Dataran Merdeka, pusat perniagaan terkenal yang dahulu bernama Jalan Jawa. Nama ini diambil dari Tun Perak yang merupakan bendahara Kesultanan Melayu Melaka.
Perubahan nama jalan ini sebagai usaha Malaysia mengganti segala sesuatu yang berbau Inggris. Berbagai perubahan telah terjadi selama beberapa dekade, namun kebudayaan dan sejarah di sini tetap hidup.
Saya melanjutkan perjalanan saya dengan merasakan betapa kompleksnya sejarah Kuala Lumpur. Saya mengetik di hati bahwa setiap langkah saya membawa saya lebih dekat dengan kejadian-kejadian yang menarik dan beragam di kota ini.
Saya melanjutkan perjalanan saya, menempatkan kaki saya di trotoar Jalan Raja. Saya akan terus melangkah, mengumpulkan pengalaman baru dan mengetahui lebih banyak tentang Kuala Lumpur dan sejarahnya yang kaya dan kompleks.