Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok hingga 3,70 persen dan mencapai titik terendah dalam lebih dari enam bulan. Pergerakan ini disebabkan oleh dokumen konsultasi dari MSCI Inc., yang meminta masukan mengenai cara memperkirakan ukuran saham yang tersedia untuk diperdagangkan oleh publik di pasar terbuka, atau yang disebut sebagai "free float". Perubahan yang diusulkan pada perhitungan free-float ini dapat menurunkan bobot indeks beberapa perusahaan.
Perusahaan yang paling mempengaruhi penurunan indeks adalah PT Dian Swastatika Sentosa dan PT Barito Renewables Energy. Aldo Perkasa, kepala riset di PT Trimegah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa usulan tersebut akan membuat saham-saham Indonesia lebih sulit masuk ke dalam Indeks MSCI.
Pasar tampaknya meragukan apakah saham-saham yang terkait dengan taipan, seperti Barito Renewables Energy, akan bisa masuk ke indeks. Sementara itu, saham Indonesia hanya menyumbang sekitar 1,1 persen dari MSCI Emerging Markets Index per akhir September.
Banyak investor telah memicu perdebatan dalam beberapa tahun terakhir karena banyak saham terbesar di Indonesia memiliki rasio free-float yang relatif rendah. Indonesia juga memiliki proporsi tertinggi saham dalam indeks acuan dengan free float kurang dari 10 persen dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Namun, belum jelas kapan tepatnya laporan tersebut dirilis. Beberapa analis mengatakan bahwa catatan itu baru diedarkan ke kalangan investor pada hari ini, yang kemungkinan menjadi alasan bagi sebagian pihak untuk mengambil keuntungan setelah IHSG mencatat lima hari terbaiknya sejak Agustus pekan lalu.
Perusahaan yang paling mempengaruhi penurunan indeks adalah PT Dian Swastatika Sentosa dan PT Barito Renewables Energy. Aldo Perkasa, kepala riset di PT Trimegah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa usulan tersebut akan membuat saham-saham Indonesia lebih sulit masuk ke dalam Indeks MSCI.
Pasar tampaknya meragukan apakah saham-saham yang terkait dengan taipan, seperti Barito Renewables Energy, akan bisa masuk ke indeks. Sementara itu, saham Indonesia hanya menyumbang sekitar 1,1 persen dari MSCI Emerging Markets Index per akhir September.
Banyak investor telah memicu perdebatan dalam beberapa tahun terakhir karena banyak saham terbesar di Indonesia memiliki rasio free-float yang relatif rendah. Indonesia juga memiliki proporsi tertinggi saham dalam indeks acuan dengan free float kurang dari 10 persen dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Namun, belum jelas kapan tepatnya laporan tersebut dirilis. Beberapa analis mengatakan bahwa catatan itu baru diedarkan ke kalangan investor pada hari ini, yang kemungkinan menjadi alasan bagi sebagian pihak untuk mengambil keuntungan setelah IHSG mencatat lima hari terbaiknya sejak Agustus pekan lalu.