Transisi Energi: Komitmen Tanpa Keserianan, Indonesia Harus Membangun Ekosistem Dinamis Berkelanjutan
Pada saat ini, transisi energi tidak lagi menjadi pilihan, tapi harapan bagi generasi mendatang. Karena menghadapi dampak krisis iklim yang semakin terasa dan meningkatnya emisi karbon global, Indonesia harus mempercepat pergeseran dari energi fosil menuju energi bersih dan terbarukan. Bauran energi terbarukan baru tercapai sekitar 16 persen pada pertenggang 2025, jauh di bawah target 23 persen yang diharapkan.
Meski begitu, Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk memenuhi Persetujuan Paris dan pencapaian net zero emission (NZE) 2060. Ia juga menginginkan realisasi 10 tahun lebih cepat dengan mewujudkan ekonomi hijau dan memperkuat kemandirian nasional di sektor pangan, energi, dan air.
Komitmen ini harus diwujudkan melalui langkah-langkah nyata seperti peningkatan efisiensi energi, pengembangan infrastruktur hijau, serta penyusunan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan. Namun, tanpa keserianan menjaga konsistensi, transisi energi berisiko menjadi sekadar slogan tanpa dampak yang jelas.
Transisi energi bukan lagi pilihan, tapi wajib karena menentukan kualitas hidup generasi mendatang. Pada saat ini, di tengah meningkatnya emisi karbon global dan dampak krisis iklim yang semakin terasa, kita tidak boleh menjadi nadi pembangunan yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Pada saat ini, transisi energi tidak lagi menjadi pilihan, tapi harapan bagi generasi mendatang. Karena menghadapi dampak krisis iklim yang semakin terasa dan meningkatnya emisi karbon global, Indonesia harus mempercepat pergeseran dari energi fosil menuju energi bersih dan terbarukan. Bauran energi terbarukan baru tercapai sekitar 16 persen pada pertenggang 2025, jauh di bawah target 23 persen yang diharapkan.
Meski begitu, Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk memenuhi Persetujuan Paris dan pencapaian net zero emission (NZE) 2060. Ia juga menginginkan realisasi 10 tahun lebih cepat dengan mewujudkan ekonomi hijau dan memperkuat kemandirian nasional di sektor pangan, energi, dan air.
Komitmen ini harus diwujudkan melalui langkah-langkah nyata seperti peningkatan efisiensi energi, pengembangan infrastruktur hijau, serta penyusunan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan. Namun, tanpa keserianan menjaga konsistensi, transisi energi berisiko menjadi sekadar slogan tanpa dampak yang jelas.
Transisi energi bukan lagi pilihan, tapi wajib karena menentukan kualitas hidup generasi mendatang. Pada saat ini, di tengah meningkatnya emisi karbon global dan dampak krisis iklim yang semakin terasa, kita tidak boleh menjadi nadi pembangunan yang berkontribusi pada perubahan iklim.