Sekitar ratus siswa sekolah menengah pertama (SMP) di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor Barat, terkena keracunan makanan berbahaya (MBG) setelah mengonsumsi makanan yang dipasarkan sebagai produk kesehatan. Kejadian ini tidak hanya melibatkan siswa SMP, tetapi juga beberapa siswa sekolah menengah atas (SMA) dan pendidikan kejuruan (PKL).
Menurut sumber di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), total 437 siswa yang mengalami gejala-gejala keracunan MBG, termasuk muntah, sakit perut, dan diare. Siswa-siswa tersebut diklasifikasikan sebagai korban kecil, sedangkan beberapa lainnya dikategorikan sebagai orang dewasa.
Saat ini, tim kesehatan Kementerian Kesehatan masih mengevaluasi sumber makanan yang menyebabkan keracunan MBG. Tim tersebut juga melakukan penyelidikan terhadap penjual dan produsen produk makanan yang melibatkan siswa.
Pemilik sekolah yang terkena dampak, yakni SMP Cisarua, mengatakan bahwa mereka telah menutup sekolah hingga saat ini. "Kami tidak ingin meninggalkan siswa kami untuk berisiko," kata kepala sekolah SMP Cisarua.
Selain itu, keluarga korban juga meminta agar pemerintah merespons dengan cepat dan efektif untuk mengatasikan masalah ini.
Menurut sumber di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), total 437 siswa yang mengalami gejala-gejala keracunan MBG, termasuk muntah, sakit perut, dan diare. Siswa-siswa tersebut diklasifikasikan sebagai korban kecil, sedangkan beberapa lainnya dikategorikan sebagai orang dewasa.
Saat ini, tim kesehatan Kementerian Kesehatan masih mengevaluasi sumber makanan yang menyebabkan keracunan MBG. Tim tersebut juga melakukan penyelidikan terhadap penjual dan produsen produk makanan yang melibatkan siswa.
Pemilik sekolah yang terkena dampak, yakni SMP Cisarua, mengatakan bahwa mereka telah menutup sekolah hingga saat ini. "Kami tidak ingin meninggalkan siswa kami untuk berisiko," kata kepala sekolah SMP Cisarua.
Selain itu, keluarga korban juga meminta agar pemerintah merespons dengan cepat dan efektif untuk mengatasikan masalah ini.