Pascasarjana Universitas Pattimura (Unpatti) Maluku telah mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran ilmu kelautan. Langkah ini diambil untuk mempercepat transformasi digital perguruan tinggi dan meningkatkan daya saing lulusan di sektor kemaritiman.
Rektor Unpatti, Prof Freddy Leiwakabessy mengatakan bahwa integrasi AI sudah menjadi kenyataan, bukan hanya konseptual. "Hari ini peta keilmuan kelautan tidak bisa dilepaskan dari AI. Dari riset oseanografi, perikanan tangkap, penginderaan jauh, hingga mitigasi bencana, semua membutuhkan teknologi," katanya.
Unpatti telah mengembangkan kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) dan metode penelitian yang mendukung analisis big data kelautan. "AI harus menjadi bagian ekosistem pembelajaran," kata Rektor.
Pemanfaatan AI bukan untuk menggantikan peran peneliti dan mahasiswa, tetapi untuk mempercepat kemampuan analisis serta meningkatkan ketepatan informasi dalam pengelolaan ekosistem laut yang dinamis dan kompleks. Unpatti telah melakukan sejumlah langkah konkret, termasuk pengembangan Laboratorium Marine AI dan Data Science untuk mendukung penelitian penginderaan jauh, pemodelan arus laut, perubahan iklim, dan konservasi pesisir berbasis AI.
Selain itu, Unpatti juga menyelenggarakan pelatihan bagi dosen dan mahasiswa bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin Makassar dan praktisi industri maritim nasional agar pemanfaatan AI relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Kolaborasi penelitian juga dilakukan untuk memantau status sumber daya ikan, mangrove, dan terumbu karang melalui AI recognition yang dapat mendeteksi kerusakan ekosistem laut lebih cepat 60 persen dibanding metode manual.
Rektor Unpatti juga menyatakan bahwa upaya tersebut merupakan strategi jangka panjang untuk menyiapkan lulusan kelautan yang tidak hanya memahami sains, tetapi juga mampu mengoperasikan teknologi dan berkolaborasi dalam industri biru berkelanjutan atau blue economy.
Rektor Unpatti, Prof Freddy Leiwakabessy mengatakan bahwa integrasi AI sudah menjadi kenyataan, bukan hanya konseptual. "Hari ini peta keilmuan kelautan tidak bisa dilepaskan dari AI. Dari riset oseanografi, perikanan tangkap, penginderaan jauh, hingga mitigasi bencana, semua membutuhkan teknologi," katanya.
Unpatti telah mengembangkan kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) dan metode penelitian yang mendukung analisis big data kelautan. "AI harus menjadi bagian ekosistem pembelajaran," kata Rektor.
Pemanfaatan AI bukan untuk menggantikan peran peneliti dan mahasiswa, tetapi untuk mempercepat kemampuan analisis serta meningkatkan ketepatan informasi dalam pengelolaan ekosistem laut yang dinamis dan kompleks. Unpatti telah melakukan sejumlah langkah konkret, termasuk pengembangan Laboratorium Marine AI dan Data Science untuk mendukung penelitian penginderaan jauh, pemodelan arus laut, perubahan iklim, dan konservasi pesisir berbasis AI.
Selain itu, Unpatti juga menyelenggarakan pelatihan bagi dosen dan mahasiswa bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin Makassar dan praktisi industri maritim nasional agar pemanfaatan AI relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Kolaborasi penelitian juga dilakukan untuk memantau status sumber daya ikan, mangrove, dan terumbu karang melalui AI recognition yang dapat mendeteksi kerusakan ekosistem laut lebih cepat 60 persen dibanding metode manual.
Rektor Unpatti juga menyatakan bahwa upaya tersebut merupakan strategi jangka panjang untuk menyiapkan lulusan kelautan yang tidak hanya memahami sains, tetapi juga mampu mengoperasikan teknologi dan berkolaborasi dalam industri biru berkelanjutan atau blue economy.