Besi Basi! Kematian dari Makanan Bergizi di SD Argapura, Cirebon
Di SD Argapura, Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon, terdapat kejadian yang mengejutkan, yaitu 201 porsi makanan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dalam program MBG kelas I menjadi basi dan berbau menyengat. Dalam satu menu lauknya, orang tua murid menemukan dua ekor ulat dari sayur kacang panjang.
Menurut Mila, salah satu orang tua murid yang menemukan temuan tersebut, "Begitu dibuka, langsung tercium bau basi. Setelah saya lihat, ternyata ada ulatnya. Kami langsung minta anak-anak jangan makan."
Kasus ini menambah daftar temuan serupa setelah insiden di SD Kesenden beberapa pekan lalu yang sempat membuat program MBG dihentikan sementara. Pemerintah daerah diminta segera meninjau ulang rantai produksi dan distribusi makanan untuk mencegah kejadian berulang.
"Program makan bergizi penting, tapi pengawasannya harus lebih ketat," tukas Mila.
Kepala Puskesmas Sitopeng, Eko Dewantoro, mengatakan pihaknya telah mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium kesehatan daerah. Secara kasatmata, makanan memang sudah basi. Untungnya belum ada siswa yang sempat makan karena bisa menyebabkan mual atau diare.
Sementara itu, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kalijaga 2, Alvin Raka, mengaku telah menerima laporan dan berjanji melakukan evaluasi dapur produksi. Ia menegaskan proses memasak sudah dilakukan sesuai standar sejak dini hari.
"Masak dimulai pukul 03.00, selesai pukul 04.00, dan didistribusikan pukul 07.00. Sebelum dikirim, kami sudah lakukan uji organoleptic, dicek aroma, rasa, dan tampilannya," kata Alvin.
Namun, ia menduga makanan basi karena waktu distribusi yang panjang serta wadah penyimpanan tertutup rapat. "Mungkin faktor suhu dan waktu yang membuat makanan cepat rusak," ujarnya.
Ia juga menambahkan, ulat yang ditemukan kemungkinan berasal dari sayuran organik. "Kami tidak memakai pestisida, jadi mungkin ada satu dua ulat yang luput saat pencucian. Dapur kami akan perbaiki sistem pengecekan bahan," tambahnya.
SPPG Kalijaga 2 setiap hari menyalurkan sekitar 3.300 porsi MBG ke 14 sekolah di wilayah Cirebon. Untuk SD Argapura, total distribusi mencapai 478 porsi, di mana 201 di antaranya dilaporkan bermasalah.
Di SD Argapura, Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon, terdapat kejadian yang mengejutkan, yaitu 201 porsi makanan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dalam program MBG kelas I menjadi basi dan berbau menyengat. Dalam satu menu lauknya, orang tua murid menemukan dua ekor ulat dari sayur kacang panjang.
Menurut Mila, salah satu orang tua murid yang menemukan temuan tersebut, "Begitu dibuka, langsung tercium bau basi. Setelah saya lihat, ternyata ada ulatnya. Kami langsung minta anak-anak jangan makan."
Kasus ini menambah daftar temuan serupa setelah insiden di SD Kesenden beberapa pekan lalu yang sempat membuat program MBG dihentikan sementara. Pemerintah daerah diminta segera meninjau ulang rantai produksi dan distribusi makanan untuk mencegah kejadian berulang.
"Program makan bergizi penting, tapi pengawasannya harus lebih ketat," tukas Mila.
Kepala Puskesmas Sitopeng, Eko Dewantoro, mengatakan pihaknya telah mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium kesehatan daerah. Secara kasatmata, makanan memang sudah basi. Untungnya belum ada siswa yang sempat makan karena bisa menyebabkan mual atau diare.
Sementara itu, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kalijaga 2, Alvin Raka, mengaku telah menerima laporan dan berjanji melakukan evaluasi dapur produksi. Ia menegaskan proses memasak sudah dilakukan sesuai standar sejak dini hari.
"Masak dimulai pukul 03.00, selesai pukul 04.00, dan didistribusikan pukul 07.00. Sebelum dikirim, kami sudah lakukan uji organoleptic, dicek aroma, rasa, dan tampilannya," kata Alvin.
Namun, ia menduga makanan basi karena waktu distribusi yang panjang serta wadah penyimpanan tertutup rapat. "Mungkin faktor suhu dan waktu yang membuat makanan cepat rusak," ujarnya.
Ia juga menambahkan, ulat yang ditemukan kemungkinan berasal dari sayuran organik. "Kami tidak memakai pestisida, jadi mungkin ada satu dua ulat yang luput saat pencucian. Dapur kami akan perbaiki sistem pengecekan bahan," tambahnya.
SPPG Kalijaga 2 setiap hari menyalurkan sekitar 3.300 porsi MBG ke 14 sekolah di wilayah Cirebon. Untuk SD Argapura, total distribusi mencapai 478 porsi, di mana 201 di antaranya dilaporkan bermasalah.