Kazakhstan Terpilih Menjadi Anggota Abraham Accords, Buka Peluang Kerja Sama Ekonomi dan Keamanan dengan Israel. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa Kazakhstan akan bergabung dengan Abraham Accords, sebuah kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan sejumlah negara mayoritas Muslim.
Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menyatakan telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. "Kami akan segera mengumumkan upacara penandatanganan untuk membuatnya resmi. Ada banyak negara lain yang juga ingin bergabung dengan klub strength ini," tulis Trump.
Pemerintah Kazakhstan membenarkan bahwa proses negosiasi untuk bergabung dengan Abraham Accords sedang memasuki tahap akhir. Aksesi Kazakhstan ke Abraham Accords merupakan kelanjutan alami dari kebijakan luar negeri Kazakhstan, yang didasarkan pada dialog, saling menghormati, dan stabilitas regional.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut keputusan tersebut akan membuka peluang kerja sama ekonomi dan keamanan baru. "Ini bukan sekedar peningkatan hubungan diplomatik, tapi menciptakan kemitraan yang membawa manfaat ekonomi dan strategis," ujarnya.
Presiden Trump sebelumnya bertemu dengan Presiden Tokayev serta empat pemimpin Asia Tengah lainnya, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, di Gedung Putih. Pertemuan itu dinilai sebagai upaya AS menyeimbangkan pengaruh Rusia dan China di kawasan tersebut.
Masuknya Kazakhstan diharapkan dapat menghidupkan kembali Abraham Accords, yang perluasannya sempat tertunda akibat perang Gaza. Sejak perjanjian itu ditandatangani pada 2020, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko telah menjalin hubungan resmi dengan Israel.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman dijadwalkan berkunjung ke Gedung Putih pada 18 November, dan diperkirakan akan membahas tentang Arab Saudi yang juga ingin bergabung dalam Abraham Accords. Namun, Riyadh menegaskan belum akan melangkah tanpa adanya komitmen terhadap pembentukan negara Palestina.
Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menyatakan telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. "Kami akan segera mengumumkan upacara penandatanganan untuk membuatnya resmi. Ada banyak negara lain yang juga ingin bergabung dengan klub strength ini," tulis Trump.
Pemerintah Kazakhstan membenarkan bahwa proses negosiasi untuk bergabung dengan Abraham Accords sedang memasuki tahap akhir. Aksesi Kazakhstan ke Abraham Accords merupakan kelanjutan alami dari kebijakan luar negeri Kazakhstan, yang didasarkan pada dialog, saling menghormati, dan stabilitas regional.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut keputusan tersebut akan membuka peluang kerja sama ekonomi dan keamanan baru. "Ini bukan sekedar peningkatan hubungan diplomatik, tapi menciptakan kemitraan yang membawa manfaat ekonomi dan strategis," ujarnya.
Presiden Trump sebelumnya bertemu dengan Presiden Tokayev serta empat pemimpin Asia Tengah lainnya, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, di Gedung Putih. Pertemuan itu dinilai sebagai upaya AS menyeimbangkan pengaruh Rusia dan China di kawasan tersebut.
Masuknya Kazakhstan diharapkan dapat menghidupkan kembali Abraham Accords, yang perluasannya sempat tertunda akibat perang Gaza. Sejak perjanjian itu ditandatangani pada 2020, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko telah menjalin hubungan resmi dengan Israel.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman dijadwalkan berkunjung ke Gedung Putih pada 18 November, dan diperkirakan akan membahas tentang Arab Saudi yang juga ingin bergabung dalam Abraham Accords. Namun, Riyadh menegaskan belum akan melangkah tanpa adanya komitmen terhadap pembentukan negara Palestina.