Presiden Kolombia, Gustavo Petro, dituduh oleh Amerika Serikat (AS) telah membocorkan informasi intelijen rahasia dan bersekutu dengan pemimpin Venezuela, Nicolas Maduro. Hal ini memicu AS menetapkan sanksi terhadap Petro, meliputi larangan mengakses sistem keuangan AS, pembekuan aset-asetnya, serta larangan perusahaan atau warga AS melakukan transaksi keuangan dengannya.
Sanksi ini diumumkan oleh Office of Foreign Assets Control (OFAC) di bawah Departemen Keuangan AS pada Jumat. Keputusan ini juga berlaku bagi istrinya, salah satu putranya, serta Menteri Dalam Negeri sekaligus mantan kepala tim kampanyenya, Armando Benedetti.
Analisis dari para ahli menunjukkan bahwa keputusan AS ini sangat mencolok karena bahkan mantan Presiden Ernesto Samper tidak pernah dimasukkan ke dalam daftar "warga negara yang secara khusus ditunjuk" (specially designated nationals list). Mereka juga mengatakan bahwa sanksi ini menutup pintu bagi Petro, tapi tidak bagi Republik Kolombia.
Kolombia saat ini berada di pusat ledakan produksi kokain terbesar dalam sejarah, dengan produksi lebih dari enam kali lipat jumlah yang dihasilkan saat Pablo Escobar tewas ditembak pada 1993. Budidaya semak koka dilaporkan melonjak menjadi 253.000 hektare tahun lalu, cukup untuk menghasilkan lebih dari 2.600 ton kokain.
Sanksi AS ini juga menimbulkan perdebatan di kalangan para ahli politik dan strategis. Mereka mengatakan bahwa sanksi ini merupakan penyalahgunaan instrumen hukum yang seharusnya digunakan untuk menghukum perilaku kriminal yang nyata dan terbukti, bukan sekadar orang-orang yang sedang berseteru dengan presiden.
Sanksi ini diumumkan oleh Office of Foreign Assets Control (OFAC) di bawah Departemen Keuangan AS pada Jumat. Keputusan ini juga berlaku bagi istrinya, salah satu putranya, serta Menteri Dalam Negeri sekaligus mantan kepala tim kampanyenya, Armando Benedetti.
Analisis dari para ahli menunjukkan bahwa keputusan AS ini sangat mencolok karena bahkan mantan Presiden Ernesto Samper tidak pernah dimasukkan ke dalam daftar "warga negara yang secara khusus ditunjuk" (specially designated nationals list). Mereka juga mengatakan bahwa sanksi ini menutup pintu bagi Petro, tapi tidak bagi Republik Kolombia.
Kolombia saat ini berada di pusat ledakan produksi kokain terbesar dalam sejarah, dengan produksi lebih dari enam kali lipat jumlah yang dihasilkan saat Pablo Escobar tewas ditembak pada 1993. Budidaya semak koka dilaporkan melonjak menjadi 253.000 hektare tahun lalu, cukup untuk menghasilkan lebih dari 2.600 ton kokain.
Sanksi AS ini juga menimbulkan perdebatan di kalangan para ahli politik dan strategis. Mereka mengatakan bahwa sanksi ini merupakan penyalahgunaan instrumen hukum yang seharusnya digunakan untuk menghukum perilaku kriminal yang nyata dan terbukti, bukan sekadar orang-orang yang sedang berseteru dengan presiden.