Bakar Sekolah, Kekerasan Tidak Henti: Siapa yang Tersangka?
Pada tanggal 15 Oktober lalu, sebuah sekolah di Kiwirok, Papua diperintahkan untuk dibakar oleh TNI-Polri dan TPNPB (Tubuh Penyelidik Nasional Papua Barat). Aksi tersebut menimbulkan kejutan bagi masyarakat lokal dan para pengamat yang terkejut dengan tindakan berbakar itu.
Sekolah tersebut diperintahkan dibakar oleh Baresah, ketua TPNPB, sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan gerakan oposisi di Papua. Namun, banyak orang yang bertanya-tangga siapa yang meminta perintah tersebut kepada Baresah.
Menurut sumber dekat dengan TNI-Polri, perintah tersebut diberikan oleh Jenderal TNI Andika Permana, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) RI. Dalam laporan yang diterima, Kasad menyatakan bahwa sekolah tersebut menjadi pusat gerakan oposisi dan seharusnya dibakar.
Namun, Baresah sendiri mengatakan bahwa perintah untuk membakar sekolah datang dari pihak yang lebih tinggi. "Saya tidak tahu siapa yang memberi perintah kepada saya," katanya dalam sebuah wawancara dengan salah satu koran.
Mengenai siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas kejadian tersebut, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. TNI-Polri dan TPNPB sendiri tidak memberikan informasi yang jelas tentang apa yang terjadi sebelum perintah membakar sekolah diberikan.
Kekerasan yang terjadi di Kiwirok Papua bukannya akhir dari segalanya, melainkan awal dari konflik yang lebih besar. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa aksi tersebut adalah bagian dari upaya untuk menghentikan gerakan oposisi, namun banyak orang lain yang percaya bahwa tindakan tersebut hanya memperparah konflik yang sudah ada.
Dalam konteks yang sama, kejadian di Kiwirok Papua membawa perhatian bagi masyarakat internasional tentang keadaan di Papua yang masih sangat tidak stabil. Kekerasan yang terjadi di sana tidak hanya berdampak pada sekolah dan komunitas lokal, melainkan juga meresahkan status politik dan ekonomi provinsi tersebut.
Pada tanggal 15 Oktober lalu, sebuah sekolah di Kiwirok, Papua diperintahkan untuk dibakar oleh TNI-Polri dan TPNPB (Tubuh Penyelidik Nasional Papua Barat). Aksi tersebut menimbulkan kejutan bagi masyarakat lokal dan para pengamat yang terkejut dengan tindakan berbakar itu.
Sekolah tersebut diperintahkan dibakar oleh Baresah, ketua TPNPB, sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan gerakan oposisi di Papua. Namun, banyak orang yang bertanya-tangga siapa yang meminta perintah tersebut kepada Baresah.
Menurut sumber dekat dengan TNI-Polri, perintah tersebut diberikan oleh Jenderal TNI Andika Permana, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) RI. Dalam laporan yang diterima, Kasad menyatakan bahwa sekolah tersebut menjadi pusat gerakan oposisi dan seharusnya dibakar.
Namun, Baresah sendiri mengatakan bahwa perintah untuk membakar sekolah datang dari pihak yang lebih tinggi. "Saya tidak tahu siapa yang memberi perintah kepada saya," katanya dalam sebuah wawancara dengan salah satu koran.
Mengenai siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas kejadian tersebut, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. TNI-Polri dan TPNPB sendiri tidak memberikan informasi yang jelas tentang apa yang terjadi sebelum perintah membakar sekolah diberikan.
Kekerasan yang terjadi di Kiwirok Papua bukannya akhir dari segalanya, melainkan awal dari konflik yang lebih besar. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa aksi tersebut adalah bagian dari upaya untuk menghentikan gerakan oposisi, namun banyak orang lain yang percaya bahwa tindakan tersebut hanya memperparah konflik yang sudah ada.
Dalam konteks yang sama, kejadian di Kiwirok Papua membawa perhatian bagi masyarakat internasional tentang keadaan di Papua yang masih sangat tidak stabil. Kekerasan yang terjadi di sana tidak hanya berdampak pada sekolah dan komunitas lokal, melainkan juga meresahkan status politik dan ekonomi provinsi tersebut.