Berdasarkan pernyataan Pangeran Menteri Timor Leste Xanana Gusmao bahwa aksesi negaranya sebagai anggota penuh ASEAN menandai babak baru bagi Timor Leste dan sejarah baru bagi ASEAN, hal ini tidak terlepas dari progres yang dijalani negara kecil itu untuk bergabung dalam komunitas regional. Pada tahun 2025, Timor Leste secara resmi diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN setelah lebih dari satu dekade penantian.
Pernyataan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan bahwa kehadiran Timor Leste dalam organisasi regional ini melengkapi keluarga besar ASEAN dan menegaskan takdir besar pertama serta persaudaraan kawasan yang mendalam. Hal ini juga memberikan harapan agar suara Timor Leste dapat semakin didengar dunia.
Meskipun terjadi banyak perjuangan dalam proses bergabung Timor Leste dengan ASEAN, tercatat bahwa berbagai langkah penting telah diambil untuk mencapai kesuksesan ini. Tahun 2005, Timor Leste pertama kali diterima sebagai anggota ASEAN Regional Forum (ARF), tiga tahun setelah mereka merdeka. Pada 2007, negara itu menandatangani Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) sebagai bentuk komitmen terhadap prinsip-prinsip perdamaian dan kerja sama regional.
Dalam beberapa tahun terakhir, proses keanggotaan penuh Timor Leste dalam ASEAN telah mencapai kemajuan signifikan. Pada 2022, para pemimpin ASEAN menyetujui secara prinsip penerimaan Timor Lestea dan memberikan status pengamat dalam berbagai pertemuan ASEAN. Hal ini terus diikuti dengan adopsi Roadmap for Timor Lesteโs Full Membership pada tahun 2023 yang menjadi panduan bagi Timor Leste untuk memenuhi seluruh kriteria keanggotaan ASEAN.
Bergabungnya Timor Leste sebagai anggota ASEAN memberikan makna strategis dan harapan besar. Dikutip dari Australian Institute of International Affairs, Analisis yang menjelaskan dukungan terhadap keanggotaan ASEAN sangat kuat di kalangan elite politik negara itu. ASEAN dipandang penting untuk mendiversifikasi ekonomi yang masih bergantung pada minyak dan gas.
Selain itu, berdasarkan opini Profesor Kajian Asia James Chin, keanggotaan ASEAN memiliki arti penting baik bagi kedua pihak. Baik bagi kawasan, maupun Timor Leste sendiri. Secara diplomatik, kehadiran Timor Leste memperkuat posisi ASEAN di forum global.
Berdasarkan opini dari Dosen Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (UPH), Edwin Martua Bangun Tambunan, bahwa bergabungnya Timor Leste sebagai anggota ASEAN memiliki makna historis yang sangat unik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN, yang pernah mengintegrasikan wilayah bekas jajahan Portugis tersebut ke dalam teritorial NKRI.
Dengan bergabungnya Timor Leste, ASEAN kini resmi beranggotakan 11 negara: Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste. Keanggotaan baru ini melengkapi representasi geografis kawasan Asia Tenggara, khususnya dalam organisasi yang telah berdiri sejak tahun 1967 tersebut.
Berdasarkan opini dari Pengamat Hubungan Internasional Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Sofi Mubarok, bahwa keanggotaan ASEAN memberikan banyak keuntungan bagi Timor Leste. Secara ekonomi, mobilitas orang, barang, dan investasi yang telah berlangsung di dalam ASEAN kini juga dapat diakses oleh Timor Leste. Hal ini membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan integrasi regional.
Namun, keanggotaan tersebut juga membawa sejumlah konsekuensi seperti beban keuangan terkait biaya keanggotaan, keterbatasan kapasitas birokrasi dan diplomatik dibanding negara lain, risiko banjirnya produk asing, dan lainnya.
Pernyataan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan bahwa kehadiran Timor Leste dalam organisasi regional ini melengkapi keluarga besar ASEAN dan menegaskan takdir besar pertama serta persaudaraan kawasan yang mendalam. Hal ini juga memberikan harapan agar suara Timor Leste dapat semakin didengar dunia.
Meskipun terjadi banyak perjuangan dalam proses bergabung Timor Leste dengan ASEAN, tercatat bahwa berbagai langkah penting telah diambil untuk mencapai kesuksesan ini. Tahun 2005, Timor Leste pertama kali diterima sebagai anggota ASEAN Regional Forum (ARF), tiga tahun setelah mereka merdeka. Pada 2007, negara itu menandatangani Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) sebagai bentuk komitmen terhadap prinsip-prinsip perdamaian dan kerja sama regional.
Dalam beberapa tahun terakhir, proses keanggotaan penuh Timor Leste dalam ASEAN telah mencapai kemajuan signifikan. Pada 2022, para pemimpin ASEAN menyetujui secara prinsip penerimaan Timor Lestea dan memberikan status pengamat dalam berbagai pertemuan ASEAN. Hal ini terus diikuti dengan adopsi Roadmap for Timor Lesteโs Full Membership pada tahun 2023 yang menjadi panduan bagi Timor Leste untuk memenuhi seluruh kriteria keanggotaan ASEAN.
Bergabungnya Timor Leste sebagai anggota ASEAN memberikan makna strategis dan harapan besar. Dikutip dari Australian Institute of International Affairs, Analisis yang menjelaskan dukungan terhadap keanggotaan ASEAN sangat kuat di kalangan elite politik negara itu. ASEAN dipandang penting untuk mendiversifikasi ekonomi yang masih bergantung pada minyak dan gas.
Selain itu, berdasarkan opini Profesor Kajian Asia James Chin, keanggotaan ASEAN memiliki arti penting baik bagi kedua pihak. Baik bagi kawasan, maupun Timor Leste sendiri. Secara diplomatik, kehadiran Timor Leste memperkuat posisi ASEAN di forum global.
Berdasarkan opini dari Dosen Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (UPH), Edwin Martua Bangun Tambunan, bahwa bergabungnya Timor Leste sebagai anggota ASEAN memiliki makna historis yang sangat unik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN, yang pernah mengintegrasikan wilayah bekas jajahan Portugis tersebut ke dalam teritorial NKRI.
Dengan bergabungnya Timor Leste, ASEAN kini resmi beranggotakan 11 negara: Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste. Keanggotaan baru ini melengkapi representasi geografis kawasan Asia Tenggara, khususnya dalam organisasi yang telah berdiri sejak tahun 1967 tersebut.
Berdasarkan opini dari Pengamat Hubungan Internasional Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Sofi Mubarok, bahwa keanggotaan ASEAN memberikan banyak keuntungan bagi Timor Leste. Secara ekonomi, mobilitas orang, barang, dan investasi yang telah berlangsung di dalam ASEAN kini juga dapat diakses oleh Timor Leste. Hal ini membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan integrasi regional.
Namun, keanggotaan tersebut juga membawa sejumlah konsekuensi seperti beban keuangan terkait biaya keanggotaan, keterbatasan kapasitas birokrasi dan diplomatik dibanding negara lain, risiko banjirnya produk asing, dan lainnya.