Tentang rute baru Transjakarta yang belum beroperasi di Tangerang Selatan, pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terus menerbitkan rekomendasi teknis untuk tiga rute yang akan menghubungkan kota Tangsel ke pusat aktivitas di Jakarta. Rute tersebut adalah Pondok Cabe–Tanah Abang, Pondok Cabe–CSW, dan Pondok Cabe–Kampung Rambutan.
Terdapat beberapa hal yang menjadi tantangan di lapangan penyebaran rute baru ini. Pertama, masalah sinkronisasi dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Kedua, kondisi fasilitas pendukung seperti halte Transjakarta yang belum memenuhi standar kenyamanan dan keamanan.
Ayep Jajat Sudrajat, kepala Dishub Kota Tangsel, menyatakan bahwa upaya ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi sekaligus memperbaiki kualitas mobilitas di wilayah penyangga Ibu Kota. Namun, tanpa eksekusi nyata, rencana besar ini berisiko hanya menjadi dokumen di atas meja rapat.
Kondisi saat ini, ada delapan rute Transjakarta yang sudah melayani wilayah Tangsel dengan enam titik asal perjalanan (origin), di antaranya BSD, Ciputat, Cinere, Bintaro, Alam Sutera, dan Pondok Cabe. Sebagian besar rute itu telah beroperasi, namun fasilitas pendukung seperti shelter dan bus stop masih jauh dari ideal.
Warga Tangsel sendiri juga mengeluh dengan keterbatasan sarana transportasi umum yang belum terintegrasi penuh. Saiful Milah, warga Serpong, mengatakan bahwa kalau mau ke Jakarta, harus ganti kendaraan dua sampai tiga kali dan bus Transjakarta lewat dekat sini, tapi aksesnya nggak nyambung.
Dhiajeng Naranjani, warga Ciputat, menilai pemerintah daerah belum serius memperbaiki halte dan jadwal layanan yang kerap tidak pasti. "Halte banyak yang terbuka, panas, bahkan gelap kalau malam. Kalau memang mau disambung ke rute Transjakarta, seharusnya fasilitasnya dibenahi dulu. Jangan cuma di atas kertas," katanya.
Ayep menyatakan bahwa Dishub Tangsel sedang menyiapkan kajian lanjutan bersama pemerintah pusat untuk mempercepat realisasi integrasi dan ingin Tangsel punya sistem transportasi publik yang benar-benar terhubung dan manusiawi.
Terdapat beberapa hal yang menjadi tantangan di lapangan penyebaran rute baru ini. Pertama, masalah sinkronisasi dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Kedua, kondisi fasilitas pendukung seperti halte Transjakarta yang belum memenuhi standar kenyamanan dan keamanan.
Ayep Jajat Sudrajat, kepala Dishub Kota Tangsel, menyatakan bahwa upaya ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi sekaligus memperbaiki kualitas mobilitas di wilayah penyangga Ibu Kota. Namun, tanpa eksekusi nyata, rencana besar ini berisiko hanya menjadi dokumen di atas meja rapat.
Kondisi saat ini, ada delapan rute Transjakarta yang sudah melayani wilayah Tangsel dengan enam titik asal perjalanan (origin), di antaranya BSD, Ciputat, Cinere, Bintaro, Alam Sutera, dan Pondok Cabe. Sebagian besar rute itu telah beroperasi, namun fasilitas pendukung seperti shelter dan bus stop masih jauh dari ideal.
Warga Tangsel sendiri juga mengeluh dengan keterbatasan sarana transportasi umum yang belum terintegrasi penuh. Saiful Milah, warga Serpong, mengatakan bahwa kalau mau ke Jakarta, harus ganti kendaraan dua sampai tiga kali dan bus Transjakarta lewat dekat sini, tapi aksesnya nggak nyambung.
Dhiajeng Naranjani, warga Ciputat, menilai pemerintah daerah belum serius memperbaiki halte dan jadwal layanan yang kerap tidak pasti. "Halte banyak yang terbuka, panas, bahkan gelap kalau malam. Kalau memang mau disambung ke rute Transjakarta, seharusnya fasilitasnya dibenahi dulu. Jangan cuma di atas kertas," katanya.
Ayep menyatakan bahwa Dishub Tangsel sedang menyiapkan kajian lanjutan bersama pemerintah pusat untuk mempercepat realisasi integrasi dan ingin Tangsel punya sistem transportasi publik yang benar-benar terhubung dan manusiawi.