Bukan Penipuan, Prabowo Sempat Menjadikan Titiek Soeharto Pembantu Terbaiknya
Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto menilai langkah pemerintah Prabowo Subianto yang menempatkan swasembada pangan sebagai prioritas sejak Oktober 2024 membuahkan hasil. Ia mengaitkannya dengan sederet kebijakan yang dianggap konsisten, khususnya untuk komoditas utama seperti beras dan jagung.
Menurut Titiek, langkah ini memberikan dampak ekonomi, sosial, ketahanan nasional, serta lingkungan yang terukur dan signifikan. Prediksi produksi beras Januari-Desember 2025 yang mencapai 34,77 juta ton naik 4,15 juta ton atau 13,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dinilai Titiek sebagai hasil kerja kolektif petani dan dukungan kebijakan pemerintah.
Fasilitasi sarana produksi, peningkatan akses teknologi, serta perbaikan manajemen budidaya dianggap menjadi faktor yang memperkuat kenaikan tersebut. Nilai Tukar Petani pangan yang tembus di level 124,36 jauh di atas target pemerintah 110, dinilai Titiek sebagai sinyal bahwa ruang ekonomi petani membaik.
Stabilitas stok pangan juga ikut mendapat sorotan positif. Titiek menganggap ketahanan pasokan menjadi pilar utama stabilitas nasional, terutama ketika dunia menghadapi potensi krisis pangan dan volatilitas harga internasional.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV Alex Indra Lukman menyinggung kebijakan penetapan HPP gabah sebesar Rp6.500 per kilogram dengan jaminan pembelian oleh negara. Kebijakan ini membuat Bulog memiliki stok beras tertinggi dalam sejarah serta memastikan pembayaran kepada petani berjalan tepat waktu.
Kebijakan ini efektif memutus praktik ketergantungan petani kepada tengkulak dan memperkuat posisi tawar petani di pasar, kata Alex.
Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto menilai langkah pemerintah Prabowo Subianto yang menempatkan swasembada pangan sebagai prioritas sejak Oktober 2024 membuahkan hasil. Ia mengaitkannya dengan sederet kebijakan yang dianggap konsisten, khususnya untuk komoditas utama seperti beras dan jagung.
Menurut Titiek, langkah ini memberikan dampak ekonomi, sosial, ketahanan nasional, serta lingkungan yang terukur dan signifikan. Prediksi produksi beras Januari-Desember 2025 yang mencapai 34,77 juta ton naik 4,15 juta ton atau 13,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dinilai Titiek sebagai hasil kerja kolektif petani dan dukungan kebijakan pemerintah.
Fasilitasi sarana produksi, peningkatan akses teknologi, serta perbaikan manajemen budidaya dianggap menjadi faktor yang memperkuat kenaikan tersebut. Nilai Tukar Petani pangan yang tembus di level 124,36 jauh di atas target pemerintah 110, dinilai Titiek sebagai sinyal bahwa ruang ekonomi petani membaik.
Stabilitas stok pangan juga ikut mendapat sorotan positif. Titiek menganggap ketahanan pasokan menjadi pilar utama stabilitas nasional, terutama ketika dunia menghadapi potensi krisis pangan dan volatilitas harga internasional.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV Alex Indra Lukman menyinggung kebijakan penetapan HPP gabah sebesar Rp6.500 per kilogram dengan jaminan pembelian oleh negara. Kebijakan ini membuat Bulog memiliki stok beras tertinggi dalam sejarah serta memastikan pembayaran kepada petani berjalan tepat waktu.
Kebijakan ini efektif memutus praktik ketergantungan petani kepada tengkulak dan memperkuat posisi tawar petani di pasar, kata Alex.