Tragedi Terapis di Pejaten: Kenyataan yang Jujur
Sebuah kasus kecelakaan kerja menimpa seorang terapis di Pejaten, Jakarta Selatan, minggu lalu. Korban, seorang pria berusia 32 tahun, meninggal setelah jatuh dari ketinggian beberapa meter. Menurut sumber dekat dengan korban, pria itu memakai identitas palsu untuk mendapatkan pekerjaan di tempat tersebut.
Kisahnya mulai gugah perhatian ketika korban mengajukan lamaran kerja di sebuah rumah sakit terkemuka di Jakarta. Namun, yang tidak diketahui oleh rekruter adalah identitas asli pria itu. Ia menggunakan nama dan alamat palsu untuk mempresentasikan dirinya sebagai lulusan universitas terkemuka.
Selama bekerja, korban tampaknya memiliki kemampuan yang unggul dalam bidang pengobatan. Namun, menurut sumber yang berkomunikasi dengan korban sebelum wafat, ia memiliki riwayat kecelakaan kerja sebelumnya dan masih belum lengkap informasinya.
Pada hari Jumat lalu, korban ditemukan tidak bernyawa di tempat bekerja. Polisi mulai menyelidiki kasus ini dan telah menemukan bukti bahwa korban memakai identitas palsu untuk mendapatkan pekerjaan. Pihak berwenang sedang mencari penyebab akhir dari kecelakaan ini dan apakah ada yang lebih banyak terlibat dalam insiden tersebut.
Kasus ini mengingatkan kita tentang pentingnya transparansi dan integritas dalam dunia kerja. Menipu identitas untuk mendapatkan pekerjaan bukan hanya merupakan kesalahan, tetapi juga berisiko besar bagi kehidupan pribadi korban.
Sebuah kasus kecelakaan kerja menimpa seorang terapis di Pejaten, Jakarta Selatan, minggu lalu. Korban, seorang pria berusia 32 tahun, meninggal setelah jatuh dari ketinggian beberapa meter. Menurut sumber dekat dengan korban, pria itu memakai identitas palsu untuk mendapatkan pekerjaan di tempat tersebut.
Kisahnya mulai gugah perhatian ketika korban mengajukan lamaran kerja di sebuah rumah sakit terkemuka di Jakarta. Namun, yang tidak diketahui oleh rekruter adalah identitas asli pria itu. Ia menggunakan nama dan alamat palsu untuk mempresentasikan dirinya sebagai lulusan universitas terkemuka.
Selama bekerja, korban tampaknya memiliki kemampuan yang unggul dalam bidang pengobatan. Namun, menurut sumber yang berkomunikasi dengan korban sebelum wafat, ia memiliki riwayat kecelakaan kerja sebelumnya dan masih belum lengkap informasinya.
Pada hari Jumat lalu, korban ditemukan tidak bernyawa di tempat bekerja. Polisi mulai menyelidiki kasus ini dan telah menemukan bukti bahwa korban memakai identitas palsu untuk mendapatkan pekerjaan. Pihak berwenang sedang mencari penyebab akhir dari kecelakaan ini dan apakah ada yang lebih banyak terlibat dalam insiden tersebut.
Kasus ini mengingatkan kita tentang pentingnya transparansi dan integritas dalam dunia kerja. Menipu identitas untuk mendapatkan pekerjaan bukan hanya merupakan kesalahan, tetapi juga berisiko besar bagi kehidupan pribadi korban.