Konsep globalisasi menjadi semakin penting dalam memahami konteks dunia modern. Dua teori utama yang membahas globalisasi adalah Anthony Giddens dan Thomas Friedman. Meskipun masing-masing memiliki pendapat berbeda, tetapi keduanya mencakup aspek-aspek yang sama.
Menurut Giddens, globalisasi adalah keadaan di mana individu, kelompok masyarakat, dan negara menjadi interdependen. Ia juga menyatakan bahwa fenomena globalisasi identik dengan fenomena ekonomi global yang melibatkan perusahaan-perusahaan transnasional. Sebagai contoh, mainan boneka Barbie yang ada di lebih dari 140 negara menunjukkan hubungan antarnegara dalam bidang konsumsi.
Giddens juga memperkirakan adanya empat faktor pendorong globalisasi, yaitu perubahan masyarakat, kolonialisme, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta ekonomi global. Dengan demikian, dia melihat bahwa fenomena globalisasi terjadi karena adanya koneksi antarnegara yang semakin kuat.
Sementara itu, Friedman mengatakan bahwa globalisasi dapat dibagi menjadi tiga babak yaitu Globalisasi 1.0, Globalisasi 2.0 dan Globalisasi 3.0. Ia menyebutkan bahwa dalam Globalisasi 1.0 terjadi penjajahan oleh negara maju pada masa lalu. Di Globalisasi 2.0 ini, semakin besar kemampuan individu memanfaatkan teknologi dan menghubungannya dengan dunia lain, sehingga semakin cepatnya interaksi antarnegara berlangsung.
Globalisasi abad ke-21, atau Globalisasi 3.0, mengalami perkembangan lebih jauh karena melibatkan individu sebagai aktor utama dalam menyatunya dunia. Semua orang bisa mengakses koneksi internet dan terhubung dengan individu lain di seluruh dunia. Dengan demikian, dia juga menyebutkan bahwa fenomena ini cocok untuk dibawa dalam istilah "the world is flat".
Menurut Giddens, globalisasi adalah keadaan di mana individu, kelompok masyarakat, dan negara menjadi interdependen. Ia juga menyatakan bahwa fenomena globalisasi identik dengan fenomena ekonomi global yang melibatkan perusahaan-perusahaan transnasional. Sebagai contoh, mainan boneka Barbie yang ada di lebih dari 140 negara menunjukkan hubungan antarnegara dalam bidang konsumsi.
Giddens juga memperkirakan adanya empat faktor pendorong globalisasi, yaitu perubahan masyarakat, kolonialisme, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta ekonomi global. Dengan demikian, dia melihat bahwa fenomena globalisasi terjadi karena adanya koneksi antarnegara yang semakin kuat.
Sementara itu, Friedman mengatakan bahwa globalisasi dapat dibagi menjadi tiga babak yaitu Globalisasi 1.0, Globalisasi 2.0 dan Globalisasi 3.0. Ia menyebutkan bahwa dalam Globalisasi 1.0 terjadi penjajahan oleh negara maju pada masa lalu. Di Globalisasi 2.0 ini, semakin besar kemampuan individu memanfaatkan teknologi dan menghubungannya dengan dunia lain, sehingga semakin cepatnya interaksi antarnegara berlangsung.
Globalisasi abad ke-21, atau Globalisasi 3.0, mengalami perkembangan lebih jauh karena melibatkan individu sebagai aktor utama dalam menyatunya dunia. Semua orang bisa mengakses koneksi internet dan terhubung dengan individu lain di seluruh dunia. Dengan demikian, dia juga menyebutkan bahwa fenomena ini cocok untuk dibawa dalam istilah "the world is flat".