Globalisasi telah menjadi salah satu kata kunci dalam mendefinisikan situasi dunia saat ini. Dalam konteks ilmu sosial, globalisasi dapat membantu menjelaskan tentang keadaan dunia yang tanpa batas, proses semakin menyatunya penduduk bumi, dan kondisi kehidupan tanpa terhalang batas-batas geografis.
Dua teori globalisasi yang pernah dikemukakan oleh para ahli adalah Anthony Giddens dan Thomas Friedman. Kedua teori ini memiliki fokus rincian pembahasan masing-masing.
Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah keadaan individu, kelompok masyarakat, dan negara yang interdependen. Ia menyepakati bahwa globalisasi identik dengan fenomena ekonomi global yang melibatkan perusahaan-perusahaan transnasional. Oleh karena itu, biasanya ada produk yang menjadi bahan konsumsi masyarakat multinegara.
Giddens juga menyorot faktor pendorong globalisasi dan dimensi-dimensinya. Faktor-faktor tersebut mencakup perubahan masyarakat, kolonialisme, kemajuan ilmu pengetahuan, dan ekonomi global. Selain itu, ia juga memperkenalkan empat dimensi globalisasi yaitu ekonomi kapitalis dunia, sistem negara-bangsa, militer dunia, dan perkembangan industri.
Sementara itu, Thomas Friedman menulis buku berpengaruh, "The World is Flat: A Brief History of the Twenty-First Century" yang menganalisis secara komprehensif tentang globalisasi pada abad 21. Ia menyebutkan istilah "the world is flat" cocok untuk mendefinisikan globalisasi yang terjadi sekarang.
Friedman membagi globalisasi berdasarkan tiga babak, yaitu Globalization 1.0, Globalization 2.0, dan Globalization 3.0. Pada fase pertama globalisasi terjadi sekitar tahun 1492 hingga 1800-an silam. Pada fase kedua, globalisasi sudah menghilangkan batas-batas antarnegara.
Sementara itu, pada abad ke-21 globalisasi mengalami perkembangan lebih jauh karena melibatkan individu sebagai aktor utama dalam proses menyatunya dunia. Semua orang bisa mengakses koneksi internet dan terhubung dengan individu lain di seluruh dunia.
Dengan demikian, globalisasi telah menjadi fenomena yang kompleks dan beragam. Keduanya memiliki perspektif yang berbeda tentang globalisasi, namun keduanya saling melengkapi dan membantu menjelaskan keadaan dunia saat ini.
Dua teori globalisasi yang pernah dikemukakan oleh para ahli adalah Anthony Giddens dan Thomas Friedman. Kedua teori ini memiliki fokus rincian pembahasan masing-masing.
Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah keadaan individu, kelompok masyarakat, dan negara yang interdependen. Ia menyepakati bahwa globalisasi identik dengan fenomena ekonomi global yang melibatkan perusahaan-perusahaan transnasional. Oleh karena itu, biasanya ada produk yang menjadi bahan konsumsi masyarakat multinegara.
Giddens juga menyorot faktor pendorong globalisasi dan dimensi-dimensinya. Faktor-faktor tersebut mencakup perubahan masyarakat, kolonialisme, kemajuan ilmu pengetahuan, dan ekonomi global. Selain itu, ia juga memperkenalkan empat dimensi globalisasi yaitu ekonomi kapitalis dunia, sistem negara-bangsa, militer dunia, dan perkembangan industri.
Sementara itu, Thomas Friedman menulis buku berpengaruh, "The World is Flat: A Brief History of the Twenty-First Century" yang menganalisis secara komprehensif tentang globalisasi pada abad 21. Ia menyebutkan istilah "the world is flat" cocok untuk mendefinisikan globalisasi yang terjadi sekarang.
Friedman membagi globalisasi berdasarkan tiga babak, yaitu Globalization 1.0, Globalization 2.0, dan Globalization 3.0. Pada fase pertama globalisasi terjadi sekitar tahun 1492 hingga 1800-an silam. Pada fase kedua, globalisasi sudah menghilangkan batas-batas antarnegara.
Sementara itu, pada abad ke-21 globalisasi mengalami perkembangan lebih jauh karena melibatkan individu sebagai aktor utama dalam proses menyatunya dunia. Semua orang bisa mengakses koneksi internet dan terhubung dengan individu lain di seluruh dunia.
Dengan demikian, globalisasi telah menjadi fenomena yang kompleks dan beragam. Keduanya memiliki perspektif yang berbeda tentang globalisasi, namun keduanya saling melengkapi dan membantu menjelaskan keadaan dunia saat ini.