Bulan Purnama, Penyebab Tidur Sulit?
Penelitian yang dilakukan di Swiss dan Argentina menunjukkan bahwa saat bulan purnama, aktivitas otak dalam fase tidur dalam menurun hingga 30%. Peserta juga butuh waktu lima menit lebih lama untuk tertidur, dan durasi tidur mereka berkurang sekitar 20 menit. Selain itu, kadar melatonin, hormon yang membantu tubuh rileks dan tertidur, turun lebih rendah dari biasanya.
Dr. Alex Dimitriu, pakar psikiatri dan pengobatan tidur, menjelaskan bahwa cahaya, baik buatan maupun alami, bisa menekan produksi melatonin. Jadi sangat mungkin cahaya bulan memiliki efek alami yang membuat seseorang lebih terjaga.
Penelitian lanjutan di Swiss terhadap 47 orang dewasa sehat juga menunjukkan hasil serupa. Peserta tidur 25 menit lebih sedikit saat bulan purnama. Namun, perlu diingat bahwa hasil riset ini bisa berbeda-beda karena penelitian dilakukan di laboratorium tidur yang suasananya dapat mempengaruhi kenyamanan peserta.
Untuk mengatasi hal itu, peneliti dari University of Washington melakukan studi lapangan terhadap masyarakat di tiga komunitas di Argentina. Hasilnya ternyata cukup konsisten, di semua lokas, orang cenderung tidur lebih sedikit dan butuh waktu lebih lama untuk tertidur pada malam-malam menjelang bulan purnama.
Para peneliti menduga fenomena ini merupakan sisa adaptasi evolusi manusia. Saat bulan sedang terang, nenek moyang manusia kemungkinan tetap terjaga lebih lama untuk berburu, bekerja, atau bersosialisasi di bawah cahaya alami.
Namun, di masyarakat modern, cahaya buatan seperti lampu atau layar gawai diperkirakan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar terhadap pola tidur dibanding cahaya bulan. Jika bulan purnama bisa mengurangi waktu tidur hingga satu jam, maka efek layar ponsel yang terang di depan wajah kita mungkin jauh lebih besar.
Penelitian yang dilakukan di Swiss dan Argentina menunjukkan bahwa saat bulan purnama, aktivitas otak dalam fase tidur dalam menurun hingga 30%. Peserta juga butuh waktu lima menit lebih lama untuk tertidur, dan durasi tidur mereka berkurang sekitar 20 menit. Selain itu, kadar melatonin, hormon yang membantu tubuh rileks dan tertidur, turun lebih rendah dari biasanya.
Dr. Alex Dimitriu, pakar psikiatri dan pengobatan tidur, menjelaskan bahwa cahaya, baik buatan maupun alami, bisa menekan produksi melatonin. Jadi sangat mungkin cahaya bulan memiliki efek alami yang membuat seseorang lebih terjaga.
Penelitian lanjutan di Swiss terhadap 47 orang dewasa sehat juga menunjukkan hasil serupa. Peserta tidur 25 menit lebih sedikit saat bulan purnama. Namun, perlu diingat bahwa hasil riset ini bisa berbeda-beda karena penelitian dilakukan di laboratorium tidur yang suasananya dapat mempengaruhi kenyamanan peserta.
Untuk mengatasi hal itu, peneliti dari University of Washington melakukan studi lapangan terhadap masyarakat di tiga komunitas di Argentina. Hasilnya ternyata cukup konsisten, di semua lokas, orang cenderung tidur lebih sedikit dan butuh waktu lebih lama untuk tertidur pada malam-malam menjelang bulan purnama.
Para peneliti menduga fenomena ini merupakan sisa adaptasi evolusi manusia. Saat bulan sedang terang, nenek moyang manusia kemungkinan tetap terjaga lebih lama untuk berburu, bekerja, atau bersosialisasi di bawah cahaya alami.
Namun, di masyarakat modern, cahaya buatan seperti lampu atau layar gawai diperkirakan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar terhadap pola tidur dibanding cahaya bulan. Jika bulan purnama bisa mengurangi waktu tidur hingga satu jam, maka efek layar ponsel yang terang di depan wajah kita mungkin jauh lebih besar.