Pertumbuhan ekonomi tidak ada yang mudah, namun sekarang sudah ada dua pemikiran Nobel Ekonomi 2024 dan 2025. Menurut peraih Nobel 2024, pertumbuhan ekonomi tergantung pada kualitas institusi. Sementara itu, menurut peraih Nobel 2025, semuanya cukup, dengan syarat teknologi sudah ada di tangan kita.
Berkembangnya ekonomi membutuhkan kerja sama antarnegara dan teknologi canggih untuk meningkatkan produksi manufaktur. Kita harus terlibat dalam proses produksi berbasis teknologi, dan itu bisa dilakukan dengan investasi dari negara maju ke negara berkembang.
Kualitas institusi sangat penting untuk menarik investasi fisik jangka panjang. Jika tidak, kita akan kalah dengan negara lain yang sudah memiliki kemampuan mendapatkan investasi. Perlu upaya reformasi struktural yang sesuai dengan standar internasional dan kompetitif.
Pemikiran keenam peraih Nobel Ekonomi 2024 dan 2025 sangat penting dalam mendefinisikan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Inovasi teknologi sudah semakin inklusif, persaingan semakin cepat, dan umur produk semakin pendek. Kita harus terus inovasi dan menyesuaikan diri dengan persaingan yang semakin ketat.
Sumber inovasi mulai bergerak dari institusi besar menuju perusahaan tingkat individu. Perubahan ini memerlukan proses pengambilan keputusan yang cepat dan efektif. Ekonom menyebut perubahan ini sebagai pergeseran strategi dari Keynesian top-down menuju Schumpeterian bottom-up.
Sumber pertumbuhan ekonomi bisa dihitung menggunakan model Keynesian, dengan mengukur daya saing berdasarkan neraca transaksi berjalan (NTB). Daya saing diukur dari kemampuan sektor riil sebuah negara dalam menghasilkan mata uang asing. Peningkatan daya saing negara berkembang ditentukan oleh kemampuan mendapatkan investasi fisik jangka panjang dari negara maju.
Indeks daya saing statis dan dinamis dapat digunakan untuk mendefinisikan setiap produk ekspor Indonesia untuk masuk kategori sudah kuat, sedang meningkat, sedang menurun, atau sulit berkembang. Model ini membantu negara memetakan potensi kerja sama antarnegara menurut jenis produk.
Hasil pemetaan produk harus dilengkapi dengan informasi lapangan termasuk informasi perkembangan teknologi produk tersebut. Pelaksanaan kerja sama ekonominya harus dilakukan secara tepat, akurat, dan terukur.
Berkembangnya ekonomi membutuhkan kerja sama antarnegara dan teknologi canggih untuk meningkatkan produksi manufaktur. Kita harus terlibat dalam proses produksi berbasis teknologi, dan itu bisa dilakukan dengan investasi dari negara maju ke negara berkembang.
Kualitas institusi sangat penting untuk menarik investasi fisik jangka panjang. Jika tidak, kita akan kalah dengan negara lain yang sudah memiliki kemampuan mendapatkan investasi. Perlu upaya reformasi struktural yang sesuai dengan standar internasional dan kompetitif.
Pemikiran keenam peraih Nobel Ekonomi 2024 dan 2025 sangat penting dalam mendefinisikan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Inovasi teknologi sudah semakin inklusif, persaingan semakin cepat, dan umur produk semakin pendek. Kita harus terus inovasi dan menyesuaikan diri dengan persaingan yang semakin ketat.
Sumber inovasi mulai bergerak dari institusi besar menuju perusahaan tingkat individu. Perubahan ini memerlukan proses pengambilan keputusan yang cepat dan efektif. Ekonom menyebut perubahan ini sebagai pergeseran strategi dari Keynesian top-down menuju Schumpeterian bottom-up.
Sumber pertumbuhan ekonomi bisa dihitung menggunakan model Keynesian, dengan mengukur daya saing berdasarkan neraca transaksi berjalan (NTB). Daya saing diukur dari kemampuan sektor riil sebuah negara dalam menghasilkan mata uang asing. Peningkatan daya saing negara berkembang ditentukan oleh kemampuan mendapatkan investasi fisik jangka panjang dari negara maju.
Indeks daya saing statis dan dinamis dapat digunakan untuk mendefinisikan setiap produk ekspor Indonesia untuk masuk kategori sudah kuat, sedang meningkat, sedang menurun, atau sulit berkembang. Model ini membantu negara memetakan potensi kerja sama antarnegara menurut jenis produk.
Hasil pemetaan produk harus dilengkapi dengan informasi lapangan termasuk informasi perkembangan teknologi produk tersebut. Pelaksanaan kerja sama ekonominya harus dilakukan secara tepat, akurat, dan terukur.