Indonesia berhasil mengakhiri status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2 setelah berbagai upaya, termasuk pemberian hampir 60 juta dosis imunisasi polio tambahan pada anak-anak. Menurut Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, tidak ada lagi kasus virus polio pada anak-anak atau lingkungan sejak Juni 2024.
Keberhasilan ini didukung oleh dedikasi tenaga kesehatan, komitmen masyarakat, serta dukungan mitra pembangunan internasional seperti WHO, UNICEF, dan Rotary International. Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan perlindungan, dan Indonesia harus terus bekerja sama untuk memastikan polio tidak kembali.
Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, Dr Saia Ma'u Piukala, mengatakan bahwa keberhasilan Indonesia merupakan langkah penting menuju dunia tanpa polio. Ia juga menegaskan bahwa 38 negara dan wilayah di Pasifik Barat harus tetap waspada dan melanjutkan imunisasi untuk mencegah kembali polio.
Indonesia berhasil menghentikan penyebaran polio setelah melakukan berbagai upaya, termasuk pemberian hampir 60 juta dosis imunisasi polio tambahan pada anak-anak. Kasus cVDPV2 (varian virus polio) terakhir terkonfirmasi di Papua Selatan pada 27 Juni 2024.
Penggunaan vaksin heksavalen yang menggabungkan DPT-HB-Hib dan IPV dalam satu suntikan juga membantu meningkatkan cakupan imunisasi rutin. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap enam penyakit sekaligus, yakni polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia dan meningitis akibat infeksi Haemophilus influenza tipe b.
Program ini dimulai pada Oktober 2025 di beberapa provinsi, dengan pelaksanaan secara nasional direncanakan pada tahun mendatang. Indonesia juga mencatat kemajuan signifikan dalam deteksi dan investigasi lumpuh layuh akut atau Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada anak-anak.
Dengan demikian, WHO menyatakan Indonesia telah memenuhi kriteria berakhirnya KLB, sehingga status KLB Polio dapat ditutup.
Keberhasilan ini didukung oleh dedikasi tenaga kesehatan, komitmen masyarakat, serta dukungan mitra pembangunan internasional seperti WHO, UNICEF, dan Rotary International. Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan perlindungan, dan Indonesia harus terus bekerja sama untuk memastikan polio tidak kembali.
Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, Dr Saia Ma'u Piukala, mengatakan bahwa keberhasilan Indonesia merupakan langkah penting menuju dunia tanpa polio. Ia juga menegaskan bahwa 38 negara dan wilayah di Pasifik Barat harus tetap waspada dan melanjutkan imunisasi untuk mencegah kembali polio.
Indonesia berhasil menghentikan penyebaran polio setelah melakukan berbagai upaya, termasuk pemberian hampir 60 juta dosis imunisasi polio tambahan pada anak-anak. Kasus cVDPV2 (varian virus polio) terakhir terkonfirmasi di Papua Selatan pada 27 Juni 2024.
Penggunaan vaksin heksavalen yang menggabungkan DPT-HB-Hib dan IPV dalam satu suntikan juga membantu meningkatkan cakupan imunisasi rutin. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap enam penyakit sekaligus, yakni polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia dan meningitis akibat infeksi Haemophilus influenza tipe b.
Program ini dimulai pada Oktober 2025 di beberapa provinsi, dengan pelaksanaan secara nasional direncanakan pada tahun mendatang. Indonesia juga mencatat kemajuan signifikan dalam deteksi dan investigasi lumpuh layuh akut atau Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada anak-anak.
Dengan demikian, WHO menyatakan Indonesia telah memenuhi kriteria berakhirnya KLB, sehingga status KLB Polio dapat ditutup.