Bumi seribu pulau ini menunjukkan tanda-tandanya bahwa kondisi ekonomi yang sedang terjadi memang perlu diwaspadai. Dalam kuartal III 2025, produk domestik bruto (PDB) tumbuh sebesar 5,04 persen (year on year/yoy). Hal ini jauh lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang mencapai 5,12 persen.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2025 terdampak oleh beberapa faktor. Pertama, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,89 persen yoy, yang lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 4,91 persen yoy dan di kuartal II 2025 yang tumbuh mencapai 4,97 persen.
Kondisi ini dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, karena mereka melakukan belanja hanya jika mereka merasa optimis. Oleh sebab itu, peningkatan pendapatan total atau disposable income masyarakat lah yang akan membalikkan konsumsi rumah tangga kembali tumbuh tinggi.
Salah satu program yang bisa membuat pendapatan total masyarakat mengalami peningkatan adalah dengan memberikan bantuan sosial, terutama kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. Namun, dampaknya masih terbatas karena daya dorongnya lebih kuat menjaga daya beli kebutuhan pokok daripada memicu lonjakan belanja non-esensial.
Jika dilihat secara kumulatif atau sepanjang periode Januari-September 2025, ekonomi Indonesia telah tumbuh sebesar 5,01 persen. Namun ini masih di bawah asumsi makro APBN yang berada di angka 5,2 persen.
Menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, pelambatan ekonomi pada kuartal III 2025 sejalan dengan pola musiman yang sudah terjadi sejak kuartal I 2021. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh melemahnya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia yang berkontribusi hingga 53,14 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Transmisi moneter belum tuntas karena penurunan suku bunga acuan tidak langsung mengalir ke bunga kredit. Oleh sebab itu, konsumsi barang tahan lama dan investasi swasta tidak berakselerasi setara harapan, sehingga efek kebijakan hilang di ruang tunggu intermediasi.
Pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2025 tetap solid karena masih mampu menunjukkan pertumbuhan di atas 5 persen. Meski begitu, pertumbuhan ini dipengaruhi oleh sektor-sektor industri yang mengalami perlambatan dan peningkatan pengeluaran pemerintah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2025 terdampak oleh beberapa faktor. Pertama, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,89 persen yoy, yang lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 4,91 persen yoy dan di kuartal II 2025 yang tumbuh mencapai 4,97 persen.
Kondisi ini dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, karena mereka melakukan belanja hanya jika mereka merasa optimis. Oleh sebab itu, peningkatan pendapatan total atau disposable income masyarakat lah yang akan membalikkan konsumsi rumah tangga kembali tumbuh tinggi.
Salah satu program yang bisa membuat pendapatan total masyarakat mengalami peningkatan adalah dengan memberikan bantuan sosial, terutama kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. Namun, dampaknya masih terbatas karena daya dorongnya lebih kuat menjaga daya beli kebutuhan pokok daripada memicu lonjakan belanja non-esensial.
Jika dilihat secara kumulatif atau sepanjang periode Januari-September 2025, ekonomi Indonesia telah tumbuh sebesar 5,01 persen. Namun ini masih di bawah asumsi makro APBN yang berada di angka 5,2 persen.
Menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, pelambatan ekonomi pada kuartal III 2025 sejalan dengan pola musiman yang sudah terjadi sejak kuartal I 2021. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh melemahnya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia yang berkontribusi hingga 53,14 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Transmisi moneter belum tuntas karena penurunan suku bunga acuan tidak langsung mengalir ke bunga kredit. Oleh sebab itu, konsumsi barang tahan lama dan investasi swasta tidak berakselerasi setara harapan, sehingga efek kebijakan hilang di ruang tunggu intermediasi.
Pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2025 tetap solid karena masih mampu menunjukkan pertumbuhan di atas 5 persen. Meski begitu, pertumbuhan ini dipengaruhi oleh sektor-sektor industri yang mengalami perlambatan dan peningkatan pengeluaran pemerintah.