Setahun pemerintahan Prabowo, pencapaian Indonesia di sektor energi baru terbarukan (EBT) dan konservasi energi ternyata cukup menjanjikan. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi, pemerintah sangat agresif untuk menerjemahkan harapan Presiden Prabowo dalam visi-misinya. Oleh karena itu, Kementerian ESDM mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2025 tentang Peta Jalan Transisi Energi Sektor Ketenagalistrikan untuk mendorong percepatan transisi energi bersih.
"Oleh karena itu yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh potensi sumber daya alam demi menjawab tantangan transisi energi. Pemanfaatan sumber daya alam dari bioenergi, lalu pemanfaatan panas bumi, kita punya sumber daya air, kita punya intensitas cahaya yang tinggi sehingga pembangkit listrik dan tenaga surya juga menjadi atensi yang besar. Dari situ kita mentransisikan jadi dari penggunaan fosil lalu menuju low carbon dan menuju free carbon, jadi penggunaannya tidak menggunakan carbon nantinya," ungkap Eniya dalam program Prabowonomics CNBC Indonesia.
Eniya menambahkan bahwa semua proses tersebut diterjemahkan RUPTL menjadi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional selama 10 tahun. Jadi diketahui bahwa hingga 2034, Indonesia sudah memasukkan 70% energi baru terbarukan (EBT) dengan tambahan 69,5 GW atau sebesar 42,6 GW berasal dari EBT dan masih ditambah dengan storage serta baterai sebesar 10,3 GW. Eniya juga menyebutkan bahwa ada sumber energi baru, yaitu potensi arus laut dengan target 40 MW dalam 10 tahun mendatang.
Kementerian ESDM juga berjanji untuk meningkatkan investasi di sektor ini hingga mencapai US$ 1,5 miliar. Menurutnya, dengan target-target tersebut makan penambahan EBT mencapai 1 GW dalam setahun yang juga menjadi sejarah tertinggi. Selain itu, pemerintah juga berjanji untuk mendorong transportasi dengan energi bersih, apalagi di Indonesia.
Eniya juga menyatakan bahwa penerapan B40 (Biodiesel 40%) bukan hanya berhasil meningkatkan ketahanan energi, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang luas. Pada saat ini, biodiesel telah menjadi terlalu tinggi di dunia ini dengan komposisi mencapai 40%.
"Oleh karena itu yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh potensi sumber daya alam demi menjawab tantangan transisi energi. Pemanfaatan sumber daya alam dari bioenergi, lalu pemanfaatan panas bumi, kita punya sumber daya air, kita punya intensitas cahaya yang tinggi sehingga pembangkit listrik dan tenaga surya juga menjadi atensi yang besar. Dari situ kita mentransisikan jadi dari penggunaan fosil lalu menuju low carbon dan menuju free carbon, jadi penggunaannya tidak menggunakan carbon nantinya," ungkap Eniya dalam program Prabowonomics CNBC Indonesia.
Eniya menambahkan bahwa semua proses tersebut diterjemahkan RUPTL menjadi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional selama 10 tahun. Jadi diketahui bahwa hingga 2034, Indonesia sudah memasukkan 70% energi baru terbarukan (EBT) dengan tambahan 69,5 GW atau sebesar 42,6 GW berasal dari EBT dan masih ditambah dengan storage serta baterai sebesar 10,3 GW. Eniya juga menyebutkan bahwa ada sumber energi baru, yaitu potensi arus laut dengan target 40 MW dalam 10 tahun mendatang.
Kementerian ESDM juga berjanji untuk meningkatkan investasi di sektor ini hingga mencapai US$ 1,5 miliar. Menurutnya, dengan target-target tersebut makan penambahan EBT mencapai 1 GW dalam setahun yang juga menjadi sejarah tertinggi. Selain itu, pemerintah juga berjanji untuk mendorong transportasi dengan energi bersih, apalagi di Indonesia.
Eniya juga menyatakan bahwa penerapan B40 (Biodiesel 40%) bukan hanya berhasil meningkatkan ketahanan energi, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang luas. Pada saat ini, biodiesel telah menjadi terlalu tinggi di dunia ini dengan komposisi mencapai 40%.