Korban Mental, Si Apa itu?
Banyak orang yang menjadi korban mental ini mungkin memiliki latar belakang trauma atau kesulitan dalam hidupnya. Mereka mungkin sering menolak bertanggung jawab atas kesalahannya dan menyalahkan orang lain ketika terjadi kesalahan.
Berikut beberapa strategi untuk memahami orang yang suka menjadi korban mental:
- Hindari menggunakan istilah "korban" saat berinteraksi dengan mereka.
Pertimbangkan untuk mengatakan lebih banyak tentang perilaku atau perasaan mereka, seperti ketika mereka mengeluh, menyalahkan orang lain, enggan bertanggung jawab, merasa terjebak atau tidak berdaya, dan seolah-olah tidak punya pengaruh atas hidupnya.
- Tetapkan batasan saat berinteraksi dengan mereka. Orang yang suka menjadi korban mental cenderung menyalahkan pihak lain dan membuat orang di sekitarnya merasa bersalah.
- Tawarkan bantuan tanpa intensi untuk "memperbaiki" situasi mereka, misalnya dengan menyadari kekuatan diri mereka sendiri, bertukar pikiran tentang kemungkinan cara untuk mencapai tujuan, dan memberikan dorongan.
- Berikan dorongan dan validasi yang sekecil apapun, seperti menunjukkan hal-hal yang mereka kuasai, menyoroti pencapaian mereka, mengingatkan mereka akan kasih sayang orang-orang sekitar, dan memvalidasi perasaan mereka.
- Pertimbangkan latar belakang mereka. Orang yang suka menjadi korban mental mungkin memiliki kondisi-kondisi seperti merasa putus asa, meyakini bahwa mereka kurang dukungan, menyalahkan diri sendiri, kurang percaya diri, memiliki harga diri rendah, dan berjuang melawan depresi dan PTSD.
Kita tidak perlu mencoba mengubah mentalitas korban mental, tetapi kita bisa memilih cara untuk merespons mereka dengan empati dan batasan tegas tanpa terseret dalam pusaran drama mereka.
Banyak orang yang menjadi korban mental ini mungkin memiliki latar belakang trauma atau kesulitan dalam hidupnya. Mereka mungkin sering menolak bertanggung jawab atas kesalahannya dan menyalahkan orang lain ketika terjadi kesalahan.
Berikut beberapa strategi untuk memahami orang yang suka menjadi korban mental:
- Hindari menggunakan istilah "korban" saat berinteraksi dengan mereka.
Pertimbangkan untuk mengatakan lebih banyak tentang perilaku atau perasaan mereka, seperti ketika mereka mengeluh, menyalahkan orang lain, enggan bertanggung jawab, merasa terjebak atau tidak berdaya, dan seolah-olah tidak punya pengaruh atas hidupnya.
- Tetapkan batasan saat berinteraksi dengan mereka. Orang yang suka menjadi korban mental cenderung menyalahkan pihak lain dan membuat orang di sekitarnya merasa bersalah.
- Tawarkan bantuan tanpa intensi untuk "memperbaiki" situasi mereka, misalnya dengan menyadari kekuatan diri mereka sendiri, bertukar pikiran tentang kemungkinan cara untuk mencapai tujuan, dan memberikan dorongan.
- Berikan dorongan dan validasi yang sekecil apapun, seperti menunjukkan hal-hal yang mereka kuasai, menyoroti pencapaian mereka, mengingatkan mereka akan kasih sayang orang-orang sekitar, dan memvalidasi perasaan mereka.
- Pertimbangkan latar belakang mereka. Orang yang suka menjadi korban mental mungkin memiliki kondisi-kondisi seperti merasa putus asa, meyakini bahwa mereka kurang dukungan, menyalahkan diri sendiri, kurang percaya diri, memiliki harga diri rendah, dan berjuang melawan depresi dan PTSD.
Kita tidak perlu mencoba mengubah mentalitas korban mental, tetapi kita bisa memilih cara untuk merespons mereka dengan empati dan batasan tegas tanpa terseret dalam pusaran drama mereka.