Sejarah Al Khoziny: Sebuah Pesan Harapan dari Kekalnya Warisan Keilmuan
Dalam sebuah gang kecil di Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, berdiri sebuah pesantren tua yang telah membangun sejarah panjang dan warisan keilmuan Islam yang besar. Pondok Pesantren Al Khoziny (Ponpes Al Khoziny), dengan usia lebih dari seratus tahun, telah menjadi simbol kekuatan intelektual dan spiritual yang terus berkembang. Namun, pada Senin pagi, 29 September 2025, tragedi menimpa pesantren ini, menghancurkan bangunan dan membunuh puluhan korban.
Meskipun kejadian tragis ini, Al Khoziny tetap menjadi semangat harapan untuk generasi yang akan datang. Sejarahnya yang panjang dan warisan keilmuannya yang besar telah menumbuhkan banyak ulama besar dan tokoh masyarakat. Dari pesantren ini, lahir ulama seperti Usman Al Ishaqi dari Al Fitrah Kedinding Surabaya, As'ad Syamsul Arifin dari Situbondo, dan Zainal Abidin Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo saat ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah memperkirakan bahwa Al Khoziny berdiri sekitar tahun 1920-1925. Namun, pengasuh saat ini, R Abdus Salam Mujib, mengklaim bahwa pesantren ini sudah ada sejak tahun 1915-1920. Itu adalah sejarah yang panjang dan warisan keilmuan yang besar yang telah ditumbuhkan oleh Kiai Khozin Sepuh, menantu Ya'qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji pada periode ketiga.
Sebagai simbol dari perjalanan seratus tahunnya, Al Khoziny telah melahirkan ribuan alumni dan mencetak para kiai, guru ngaji, dan tokoh masyarakat. Namun, tragedi yang terjadi pada Senin pagi itu menegangkan, mengingat bahwa warisan keilmuan yang besar sekalipun bisa runtuh seketika bila tidak dijaga dengan baik.
Kini, reruntuhan Al Khoziny mulai dibersihkan. Santri-santri diselamatkan, dan puluhan di antara mereka berpulang dalam keadaan ibadah terakhir mereka. Sejarah panjang Al Khoziny, yang lahir dari keteguhan Kiai Khozin Sepuh dan diteruskan para penerusnya, kini sedang diuji. Namun, harapan tetap ada bahwa warisan keilmuan ini akan terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi generasi yang akan datang.
Dalam sebuah gang kecil di Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, berdiri sebuah pesantren tua yang telah membangun sejarah panjang dan warisan keilmuan Islam yang besar. Pondok Pesantren Al Khoziny (Ponpes Al Khoziny), dengan usia lebih dari seratus tahun, telah menjadi simbol kekuatan intelektual dan spiritual yang terus berkembang. Namun, pada Senin pagi, 29 September 2025, tragedi menimpa pesantren ini, menghancurkan bangunan dan membunuh puluhan korban.
Meskipun kejadian tragis ini, Al Khoziny tetap menjadi semangat harapan untuk generasi yang akan datang. Sejarahnya yang panjang dan warisan keilmuannya yang besar telah menumbuhkan banyak ulama besar dan tokoh masyarakat. Dari pesantren ini, lahir ulama seperti Usman Al Ishaqi dari Al Fitrah Kedinding Surabaya, As'ad Syamsul Arifin dari Situbondo, dan Zainal Abidin Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo saat ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah memperkirakan bahwa Al Khoziny berdiri sekitar tahun 1920-1925. Namun, pengasuh saat ini, R Abdus Salam Mujib, mengklaim bahwa pesantren ini sudah ada sejak tahun 1915-1920. Itu adalah sejarah yang panjang dan warisan keilmuan yang besar yang telah ditumbuhkan oleh Kiai Khozin Sepuh, menantu Ya'qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji pada periode ketiga.
Sebagai simbol dari perjalanan seratus tahunnya, Al Khoziny telah melahirkan ribuan alumni dan mencetak para kiai, guru ngaji, dan tokoh masyarakat. Namun, tragedi yang terjadi pada Senin pagi itu menegangkan, mengingat bahwa warisan keilmuan yang besar sekalipun bisa runtuh seketika bila tidak dijaga dengan baik.
Kini, reruntuhan Al Khoziny mulai dibersihkan. Santri-santri diselamatkan, dan puluhan di antara mereka berpulang dalam keadaan ibadah terakhir mereka. Sejarah panjang Al Khoziny, yang lahir dari keteguhan Kiai Khozin Sepuh dan diteruskan para penerusnya, kini sedang diuji. Namun, harapan tetap ada bahwa warisan keilmuan ini akan terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi generasi yang akan datang.