Rupiah Tidak Terlupakan, Asia Kompak Mengangkat Bahu di Hadapan Dolar AS
Mengalami peningkatan yang tipis dalam seminggu terakhir, rupiah tetap menjadi mata uang Asia yang paling menarik perhatian. Meskipun tidak menjadi mata uang dengan penguatan tertinggi, rupiah berhasil menguat 0,09% secara mingguan dan mencapai level Rp16.635/US$ pada perdagangan terakhir pekan ini.
Namun, rupiah masih di balik mata uang Asia yang lebih kompak. Baht Thailand menjadi mata uang yang paling menonjol dengan apresiasi 0,78% terhadap dolar AS, sementara ringgit Malaysia menguat sebesar 0,56%. Yen Jepang juga ikut menguat sebesar 0,52%, sementara dolar Taiwan mampu menguat 0,33%.
Rupiah sendiri bergerak dalam rentang level Rp16.610-Rp16.670/US$, meskipun tidak dapat dielakukan dari dinamika dolar AS di pasar global. Menurut analis Marex, Edward Meir, imbal hasil yang lebih tinggi membatasi sedikit kenaikan untuk emas, dan indeks dolar umum memberikan sedikit dukungan.
Tidak hanya itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) juga memicu kecemasan para pelaku pasar. Alat FedWatch CME menunjukkan kemungkinan 87,2% pemotongan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Fed tanggal 9-10 Desember.
Dalam perspektif ini, mata uang dari dua negara tetangga RI memimpin laju penguatan mata uang Asia terhadap dolar AS. Namun, perlu diingat bahwa rupiah masih memiliki peran penting dalam dunia finance global.
Mengalami peningkatan yang tipis dalam seminggu terakhir, rupiah tetap menjadi mata uang Asia yang paling menarik perhatian. Meskipun tidak menjadi mata uang dengan penguatan tertinggi, rupiah berhasil menguat 0,09% secara mingguan dan mencapai level Rp16.635/US$ pada perdagangan terakhir pekan ini.
Namun, rupiah masih di balik mata uang Asia yang lebih kompak. Baht Thailand menjadi mata uang yang paling menonjol dengan apresiasi 0,78% terhadap dolar AS, sementara ringgit Malaysia menguat sebesar 0,56%. Yen Jepang juga ikut menguat sebesar 0,52%, sementara dolar Taiwan mampu menguat 0,33%.
Rupiah sendiri bergerak dalam rentang level Rp16.610-Rp16.670/US$, meskipun tidak dapat dielakukan dari dinamika dolar AS di pasar global. Menurut analis Marex, Edward Meir, imbal hasil yang lebih tinggi membatasi sedikit kenaikan untuk emas, dan indeks dolar umum memberikan sedikit dukungan.
Tidak hanya itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) juga memicu kecemasan para pelaku pasar. Alat FedWatch CME menunjukkan kemungkinan 87,2% pemotongan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Fed tanggal 9-10 Desember.
Dalam perspektif ini, mata uang dari dua negara tetangga RI memimpin laju penguatan mata uang Asia terhadap dolar AS. Namun, perlu diingat bahwa rupiah masih memiliki peran penting dalam dunia finance global.