RSV: Anan Berbahaya, Pada Gugup dan Tidak Terasa!
RSV (Respirasi Sincitil Virus) sering dianggap hanya sebagai penyakit yang menyebabkan batuk dan demam, tetapi sebenarnya bisa berujung pada komplikasi serius, bahkan kematian. Menurut Dr. Robert Sinto, ahli internal medis dengan spesialisasi pada penyakit tropis dan infeksi, virus ini dapat menyebabkan komplikasi parah, termasuk kematian, terutama di kalangan orang tua dan mereka yang memiliki kondisi penyakit lain.
Menurut data internasional, 3-7 persen dari populasi umum dapat terinfeksi RSV dalam satu periode, sementara itu di kalangan orang tua atau mereka yang memiliki kondisi penyakit lain, angka tersebut meningkat menjadi 4-10 persen. Salah satunya adalah pada kesehatan pernapasan. Menurut data dari Singapura, sekitar 5 persen kasus infeksi saluran pernapasan atas yang tidak terdeteksi adanya influenza diduga disebabkan oleh RSV.
Risiko penyakit RSV meningkat dengan usia. Di negara lain, RSV bahkan mencatatkan sekitar 10 persen dari kasus pneumonia di komunitas. Virus ini tidak hanya menyerang saluran pernapasan atas, tetapi juga memiliki potensi untuk berkembang menjadi infeksi parah yang memerlukan perawatan medis intensif, terutama pada kalangan orang tua dan mereka yang memiliki kondisi penyakit.
"Orang dengan gagal ginjal adalah 6,5 kali lebih berisiko untuk dirawat di rumah sakit karena RSV dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut", ujar Dr. Robert.
Di antara kalangan orang tua yang sehat juga ada risiko yang signifikan untuk di rawat di rumah sakit ketika mencapai usia 75 tahun ke atas. Selain infeksi paru-paru, RSV juga dapat menyebabkan gagal jantung, serangan jantung, dan kegagalan transplantasi pada pasien yang memiliki imunus sistem.
Menurut Dr. Robert, RSV tidak hanya lebih berbahaya daripada influenza dalam hal komplikasi, tetapi juga sama tingkat kematiannya. Dalam United States, 12 persen dari pasien influenza memerlukan rawat inap di rumah sakit, sedangkan untuk RSV, angka tersebut mencapai 15 persen. Selain itu, 5 persen dari pasien RSV membutuhkan perawatan lama setelah keluar dari rumah sakit, sementara itu sekitar 6 persen dari pasien influenza juga memerlukan perawatan yang sama.
RSV tidak memiliki obat antiviral yang efektif di Indonesia, sehingga pencegahan menjadi pilihan utamanya. Vaksin RSV terbukti efektif dengan tingkat efektivitas sekitar 80 persen dalam mencegah gejala penyakit dan rawat inap, selama hingga dua tahun dengan efektivitas 77 persen. Vaksin ini telah diberikan kepada lebih dari delapan miliar dosis di seluruh dunia dan terbukti aman, dengan risiko serius seperti Sindrom Guillain-BarrΓ© (GBS) yang sangat rendah, mulai dari 0 hingga 18 kasus.
Selain itu, vaksin RSV dapat diberikan bersamaan dengan vaksin influenza, COVID-19, pneumonia, atau vaksin shingles tanpa mengurangi efektivitas vaksin setiap jenis. Dr. Robert menekankan pentingnya vaksinasi terutama pada kalangan orang tua dan mereka yang memiliki kondisi penyakit karena mereka adalah kelompok paling rentan terhadap komplikasi serius.
RSV (Respirasi Sincitil Virus) sering dianggap hanya sebagai penyakit yang menyebabkan batuk dan demam, tetapi sebenarnya bisa berujung pada komplikasi serius, bahkan kematian. Menurut Dr. Robert Sinto, ahli internal medis dengan spesialisasi pada penyakit tropis dan infeksi, virus ini dapat menyebabkan komplikasi parah, termasuk kematian, terutama di kalangan orang tua dan mereka yang memiliki kondisi penyakit lain.
Menurut data internasional, 3-7 persen dari populasi umum dapat terinfeksi RSV dalam satu periode, sementara itu di kalangan orang tua atau mereka yang memiliki kondisi penyakit lain, angka tersebut meningkat menjadi 4-10 persen. Salah satunya adalah pada kesehatan pernapasan. Menurut data dari Singapura, sekitar 5 persen kasus infeksi saluran pernapasan atas yang tidak terdeteksi adanya influenza diduga disebabkan oleh RSV.
Risiko penyakit RSV meningkat dengan usia. Di negara lain, RSV bahkan mencatatkan sekitar 10 persen dari kasus pneumonia di komunitas. Virus ini tidak hanya menyerang saluran pernapasan atas, tetapi juga memiliki potensi untuk berkembang menjadi infeksi parah yang memerlukan perawatan medis intensif, terutama pada kalangan orang tua dan mereka yang memiliki kondisi penyakit.
"Orang dengan gagal ginjal adalah 6,5 kali lebih berisiko untuk dirawat di rumah sakit karena RSV dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut", ujar Dr. Robert.
Di antara kalangan orang tua yang sehat juga ada risiko yang signifikan untuk di rawat di rumah sakit ketika mencapai usia 75 tahun ke atas. Selain infeksi paru-paru, RSV juga dapat menyebabkan gagal jantung, serangan jantung, dan kegagalan transplantasi pada pasien yang memiliki imunus sistem.
Menurut Dr. Robert, RSV tidak hanya lebih berbahaya daripada influenza dalam hal komplikasi, tetapi juga sama tingkat kematiannya. Dalam United States, 12 persen dari pasien influenza memerlukan rawat inap di rumah sakit, sedangkan untuk RSV, angka tersebut mencapai 15 persen. Selain itu, 5 persen dari pasien RSV membutuhkan perawatan lama setelah keluar dari rumah sakit, sementara itu sekitar 6 persen dari pasien influenza juga memerlukan perawatan yang sama.
RSV tidak memiliki obat antiviral yang efektif di Indonesia, sehingga pencegahan menjadi pilihan utamanya. Vaksin RSV terbukti efektif dengan tingkat efektivitas sekitar 80 persen dalam mencegah gejala penyakit dan rawat inap, selama hingga dua tahun dengan efektivitas 77 persen. Vaksin ini telah diberikan kepada lebih dari delapan miliar dosis di seluruh dunia dan terbukti aman, dengan risiko serius seperti Sindrom Guillain-BarrΓ© (GBS) yang sangat rendah, mulai dari 0 hingga 18 kasus.
Selain itu, vaksin RSV dapat diberikan bersamaan dengan vaksin influenza, COVID-19, pneumonia, atau vaksin shingles tanpa mengurangi efektivitas vaksin setiap jenis. Dr. Robert menekankan pentingnya vaksinasi terutama pada kalangan orang tua dan mereka yang memiliki kondisi penyakit karena mereka adalah kelompok paling rentan terhadap komplikasi serius.