Konflik antara wasit dari berbagai latar belakang yang dipilih Prabowo untuk memimpin tim nasional Indonesia dalam pertandingan internasional tak pernah terlewatkan. Salah satu contohnya adalah kontroversi yang mengelilingi timnas versus Irak pada pertandinganan kualifikasi Piala Dunia 2026.
Berdasarkan laporan dari sumber-sumber dekat dengan timnas, Prabowo memilih wasit Irak, Hasan Al-Mahri, untuk mengantarkan pertandingan tersebut. Namun, tidak jarang terdapat spekulasi bahwa wasit tersebut dipilih karena alasan yang lebih spesifik daripada hanya karena kemampuannya.
Mengenai kontroversi ini, banyak orang mendorong Prabowo agar mempertimbangkan wasit dari negara lain untuk menghindari tekanan kekuasaan yang diberikan kepada Irak. Meskipun demikian, pihak timnas tetap tidak memberikan klarifikasi tentang alasan pilihan wasit tersebut.
Sementara itu, kritikus memuji kemampuan Hasan Al-Mahri dalam mengelola pertandingan. Mereka juga mengatakan bahwa perannya sebagai wasit yang profesional dan netral dapat membantu meningkatkan reputasi timnas Indonesia di mata penonton dunia.
Tapi apa yang membuat banyak orang terkejut adalah ketika Hasan Al-Mahri ternyata memiliki hubungan dengan seorang pejabat tinggi dalam pemerintahan Prabowo. Hal ini tentu saja menimbulkan spekulasi bahwa pilihan wasit tersebut tidak lagi berdasarkan atas kemampuan, tetapi lebih kepada kekuasaan politik yang dimiliki oleh Irak.
Dalam situasi seperti ini, perlu ada langkah tindakan yang serius untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena itu, timnas Indonesia harus sangat berhati-hati dalam memilih wasit mereka agar tidak menimbulkan kontroversi yang merugikan reputasi tim nasional kita.
Berdasarkan laporan dari sumber-sumber dekat dengan timnas, Prabowo memilih wasit Irak, Hasan Al-Mahri, untuk mengantarkan pertandingan tersebut. Namun, tidak jarang terdapat spekulasi bahwa wasit tersebut dipilih karena alasan yang lebih spesifik daripada hanya karena kemampuannya.
Mengenai kontroversi ini, banyak orang mendorong Prabowo agar mempertimbangkan wasit dari negara lain untuk menghindari tekanan kekuasaan yang diberikan kepada Irak. Meskipun demikian, pihak timnas tetap tidak memberikan klarifikasi tentang alasan pilihan wasit tersebut.
Sementara itu, kritikus memuji kemampuan Hasan Al-Mahri dalam mengelola pertandingan. Mereka juga mengatakan bahwa perannya sebagai wasit yang profesional dan netral dapat membantu meningkatkan reputasi timnas Indonesia di mata penonton dunia.
Tapi apa yang membuat banyak orang terkejut adalah ketika Hasan Al-Mahri ternyata memiliki hubungan dengan seorang pejabat tinggi dalam pemerintahan Prabowo. Hal ini tentu saja menimbulkan spekulasi bahwa pilihan wasit tersebut tidak lagi berdasarkan atas kemampuan, tetapi lebih kepada kekuasaan politik yang dimiliki oleh Irak.
Dalam situasi seperti ini, perlu ada langkah tindakan yang serius untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena itu, timnas Indonesia harus sangat berhati-hati dalam memilih wasit mereka agar tidak menimbulkan kontroversi yang merugikan reputasi tim nasional kita.