Penggalangan dana untuk wilayah Sumatera yang terdampak bencana banjir dan longsor menunjukkan bagaimana solidaritas antarwarga dapat menjadi simbol harapan di tengah kesulitan. Meski pemerintah masih banyak yang dirasa kurang proaktif dalam menghadapi bencana, kegiatan ini menunjukkan bahwa warga juga memiliki peran penting dalam penanganan bencana dengan saling membantu satu sama lain.
Dalam hal ini, crowdfunding merupakan platform yang berperan sangat besar untuk menggalang dana dan memberikan bantuan kepada korban. Meskipun nilai donasi mungkin tidak sebanding dengan anggaran negara atau dana dari tokoh politik, jumlahnya tetap mencapai Rp31 miliar dalam waktu singkat.
Pada titik ini, keamanan penyaluran donasi menjadi kunci utama karena dampaknya sangat terbatas jika tidak sampai di tangan korban tepat waktu. Pengalaman dari penggalang dana Kitabisa menjelaskan bahwa proses distribusi melibatkan mata rantai panjang antara penggalang, mitra lokal, organisasi sosial, dan relawan. Namun, penyaluran yang efisien ini sering kali terbentur realitas lapangan yang kompleks.
Dalam keadaan darurat, platform seperti Kitabisa akan proaktif mempertemukan penggalang dengan relawan atau organisasi setempat untuk distribusi bantuan secepat mungkin. Mekanismenya fleksibel dan mengikuti kebutuhan di lapangan. Namun, ada juga tantangan lain seperti kecepatan penyaluran yang sangat bergantung pada akses.
Gigih Septianto, Head Amartha Empower, menekankan bahwa akses adalah faktor utama yang mempengaruhi penyaluran bantuan. Ia juga menyebutkan bahwa proses pendataan awal dan verifikasi penerima kerap tertunda karena kondisi lapangan yang sulit dan gangguan komunikasi.
Amartha Empower berfokus pada tiga respons utama dalam penyaluran bantuan, yaitu evakuasi dan bantuan bagi field officer, distribusi bantuan kepada Ibu Mitra Amartha, serta penggalangan donasi untuk masyarakat umum. Perihal akuntabilitas, mereka memperbarui setiap pengeluaran dan penyaluran secara berkala melalui halaman kampanye dengan audit tahunan oleh akuntan publik.
Kita dapat belajar dari kegiatan ini bahwa solidaritas antarwarga dapat menjadi sumber harapan dalam menghadapi bencana alam. Namun, untuk membantu efektivitas penanganan bencana, perlu ada koordinasi yang baik dan transparansi dalam proses distribusi donasi.
Dalam hal ini, crowdfunding merupakan platform yang berperan sangat besar untuk menggalang dana dan memberikan bantuan kepada korban. Meskipun nilai donasi mungkin tidak sebanding dengan anggaran negara atau dana dari tokoh politik, jumlahnya tetap mencapai Rp31 miliar dalam waktu singkat.
Pada titik ini, keamanan penyaluran donasi menjadi kunci utama karena dampaknya sangat terbatas jika tidak sampai di tangan korban tepat waktu. Pengalaman dari penggalang dana Kitabisa menjelaskan bahwa proses distribusi melibatkan mata rantai panjang antara penggalang, mitra lokal, organisasi sosial, dan relawan. Namun, penyaluran yang efisien ini sering kali terbentur realitas lapangan yang kompleks.
Dalam keadaan darurat, platform seperti Kitabisa akan proaktif mempertemukan penggalang dengan relawan atau organisasi setempat untuk distribusi bantuan secepat mungkin. Mekanismenya fleksibel dan mengikuti kebutuhan di lapangan. Namun, ada juga tantangan lain seperti kecepatan penyaluran yang sangat bergantung pada akses.
Gigih Septianto, Head Amartha Empower, menekankan bahwa akses adalah faktor utama yang mempengaruhi penyaluran bantuan. Ia juga menyebutkan bahwa proses pendataan awal dan verifikasi penerima kerap tertunda karena kondisi lapangan yang sulit dan gangguan komunikasi.
Amartha Empower berfokus pada tiga respons utama dalam penyaluran bantuan, yaitu evakuasi dan bantuan bagi field officer, distribusi bantuan kepada Ibu Mitra Amartha, serta penggalangan donasi untuk masyarakat umum. Perihal akuntabilitas, mereka memperbarui setiap pengeluaran dan penyaluran secara berkala melalui halaman kampanye dengan audit tahunan oleh akuntan publik.
Kita dapat belajar dari kegiatan ini bahwa solidaritas antarwarga dapat menjadi sumber harapan dalam menghadapi bencana alam. Namun, untuk membantu efektivitas penanganan bencana, perlu ada koordinasi yang baik dan transparansi dalam proses distribusi donasi.