Mimpi Ong Hok Liong yang Berubah menjadi Kenangan Sejarah Bentoel
Sebuah perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yaitu Bentoel, memiliki sejarah yang unik. Awalnya, nama perusahaan bernama Strootjes-Fabriek Ong Hok Liong dan kemudian berganti menjadi Hien An Kongsie. Pada 1954, nama perusahaan diubah lagi menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel.
Menurut beberapa sumber, nama perusahaan Bentoel sebenarnya berasal dari ubi talas yang disebut "bentul" dalam bahasa Jawa. Ong Hok Liong, pendiri Bentoel, memiliki mimpi tentang ubi talas saat sedang berziarah ke makam Mbah Djugo di Gunung Kawi. Miminya mengajaknya untuk mengubah nama perusahaan menjadi bentul.
Setelah itu, perusahaan rokok Ong Hok Liong berkembang dengan cepat dan mencapai 3.000 karyawan pada sebelum 1960. Bentoel tidak ragu berpromosi dan menawarkan iklan yang memang betul bahwa memang merokok tjap Bentoel.
Ong Hok Liong meninggal pada tahun 1967 dan anaknya, Budhiwijaya Kusumanegara, menjadi Presiden Direktur Bentoel. Namun, perusahaan rokok ini kemudian menghadapi kesulitan keuangan dan akhirnya harus dijual kepada beberapa pemilik saham lainnya.
Sekarang, British American Tobacco adalah pemegang saham utama Bentoel dengan 92,48% dan sisa saham dipegang oleh masyarakat. Kisah sejarah ini dapat menjadi pengetahuan baru bagi kita semua tentang bagaimana perusahaan rokok besar seperti Bentoel dapat berkembang dari awal yang unik dan berubah-ubah seiring waktu.
Sebuah perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yaitu Bentoel, memiliki sejarah yang unik. Awalnya, nama perusahaan bernama Strootjes-Fabriek Ong Hok Liong dan kemudian berganti menjadi Hien An Kongsie. Pada 1954, nama perusahaan diubah lagi menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel.
Menurut beberapa sumber, nama perusahaan Bentoel sebenarnya berasal dari ubi talas yang disebut "bentul" dalam bahasa Jawa. Ong Hok Liong, pendiri Bentoel, memiliki mimpi tentang ubi talas saat sedang berziarah ke makam Mbah Djugo di Gunung Kawi. Miminya mengajaknya untuk mengubah nama perusahaan menjadi bentul.
Setelah itu, perusahaan rokok Ong Hok Liong berkembang dengan cepat dan mencapai 3.000 karyawan pada sebelum 1960. Bentoel tidak ragu berpromosi dan menawarkan iklan yang memang betul bahwa memang merokok tjap Bentoel.
Ong Hok Liong meninggal pada tahun 1967 dan anaknya, Budhiwijaya Kusumanegara, menjadi Presiden Direktur Bentoel. Namun, perusahaan rokok ini kemudian menghadapi kesulitan keuangan dan akhirnya harus dijual kepada beberapa pemilik saham lainnya.
Sekarang, British American Tobacco adalah pemegang saham utama Bentoel dengan 92,48% dan sisa saham dipegang oleh masyarakat. Kisah sejarah ini dapat menjadi pengetahuan baru bagi kita semua tentang bagaimana perusahaan rokok besar seperti Bentoel dapat berkembang dari awal yang unik dan berubah-ubah seiring waktu.