Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali menyoroti bahwa suku bunga kredit di Indonesia masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Menurutnya, rata-rata tertimbang suku bunga kredit sampai dengan September 2025 masih sebesar 9,04%, sedikit turun tipis dari level bulan sebelumnya yang mencapai 9,12%. Sementara itu, suku bunga acuan BI Rate di level 4,75% telah turun 150 basis points (bps) sejak September 2024.
Purbaya percaya bahwa tingginya bunga pinjaman ini membuat daya saing di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara yang kekuatan ekonominya setara. Ia mengajukan tujuan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate hingga 3,5% agar dapat mencapai level yang setara dengan negara lain. Untuk mencapainya, ia memastikan stabilitas tekanan inflasi terjaga rendah di level kisaran target BI 2,5% plus minus 1%.
"Kalau 3,5% harusnya selalu stabil, dan transmisi ke suku bunga pinjaman harusnya antara mungkin 6% sampai 7%. Itu sudah cukup bersaing dengan negara-negara tetangga kita," kata Purbaya.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan skema kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) baru bagi perbankan. Skema ini bertujuan untuk mendorong percepatan penyaluran kredit oleh perbankan dengan bunga yang makin cepat sesuai dengan BI Rate.
Insentif KLM dengan skema baru ini akan diberikan kepada bank atas komitmennya dalam menyalurkan kredit/pembiayaan kepada sektor tertentu (lending channel) dan menetapkan suku bunga kredit/pembiayaan yang sejalan dengan arah suku bunga kebijakan Bank Indonesia (interest rate channel).
Deputi Gubernur BI Aida S Budiman menyatakan bahwa insentif KLM dengan skema baru ini sangat penting untuk menarik perhatian bank dan meningkatkan penyaluran kredit.
Purbaya percaya bahwa tingginya bunga pinjaman ini membuat daya saing di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara yang kekuatan ekonominya setara. Ia mengajukan tujuan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate hingga 3,5% agar dapat mencapai level yang setara dengan negara lain. Untuk mencapainya, ia memastikan stabilitas tekanan inflasi terjaga rendah di level kisaran target BI 2,5% plus minus 1%.
"Kalau 3,5% harusnya selalu stabil, dan transmisi ke suku bunga pinjaman harusnya antara mungkin 6% sampai 7%. Itu sudah cukup bersaing dengan negara-negara tetangga kita," kata Purbaya.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan skema kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) baru bagi perbankan. Skema ini bertujuan untuk mendorong percepatan penyaluran kredit oleh perbankan dengan bunga yang makin cepat sesuai dengan BI Rate.
Insentif KLM dengan skema baru ini akan diberikan kepada bank atas komitmennya dalam menyalurkan kredit/pembiayaan kepada sektor tertentu (lending channel) dan menetapkan suku bunga kredit/pembiayaan yang sejalan dengan arah suku bunga kebijakan Bank Indonesia (interest rate channel).
Deputi Gubernur BI Aida S Budiman menyatakan bahwa insentif KLM dengan skema baru ini sangat penting untuk menarik perhatian bank dan meningkatkan penyaluran kredit.