Kehadiran Zohran Mamdani sebagai Wali Kota terpilih New York City membawa kembali kenangan tentang keluarganya yang berasal dari latar belakang akademisi. Ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah seorang profesor dan ibunya, Mira Nair, adalah seorang sutradara yang berpengaruh di dunia film.
Mahmood Mamdani, lahir di Bombay, India pada 23 April 1946, dibesarkan di Kampala, Uganda, di tengah masyarakat diaspora India Afrika Timur. Ia menempuh pendidikan di sekolah pada masa kolonial dan kemudian memperoleh beasiswa dalam program Kennedy Airlift tahun 1963 yang membawanya ke Amerika Serikat. Di sana, ia belajar ilmu politik di University of Pittsburgh dan terlibat dalam gerakan hak-hak sipil di Montgomery, Alabama, yang membuatnya sempat dipenjara karena ikut aksi protes.
Setelah menyelesaikan dua gelar magister di Tufts University dan meraih doktor di Harvard University pada 1974, ia kembali ke Uganda untuk mengajar di Universitas Makerere. Namun, karier akademiknya terhenti ketika rezim Idi Amin mengusir warga keturunan Asia, memaksanya hidup di pengasingan.
Mamdani kemudian melanjutkan kiprahnya di Universitas Dar es Salaam, Tanzania. Setelah jatuhnya diktator Uganda itu, ia kembali ke negaranya, namun kembali kehilangan kewarganegaraan pada 1984 akibat kritiknya terhadap pemerintah Milton Obote.
Dalam masa pengasingan keduanya, Mamdani mengajar di berbagai universitas di dunia, termasuk University of Michigan dan Princeton University. Ia kembali ke Uganda pada 1986 dan mendirikan Centre for Basic Research (CBR), lembaga riset independen pertama di negara itu, yang ia pimpin hingga 2006.
Karier akademiknya terus menanjak hingga ke kancah internasional, menjadi profesor di Columbia University di New York, sekaligus rektor Kampala International University. Karya monumentalnya, Citizen and Subject: Contemporary Africa and the Legacy of Late Colonialism (1996), menjelaskan bahwa negara kolonial Afrika bersifat “bifurkasi”, memisahkan kekuasaan sipil perkotaan dan kekuasaan adat pedesaan.
Selain dikenal sebagai akademisi, Mamdani juga aktif dalam forum-forum intelektual dunia. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Council for the Development of Social Science Research in Africa (CODESRIA) dan menjadi pembicara dalam berbagai simposium internasional, termasuk Nobel Centennial Symposium di Oslo.
Pengakuan atas karyanya datang dari berbagai arah: ia meraih Herskovits Prize, GDS Eminent Scholar Award, hingga Lenfest Distinguished Faculty Award. Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas di Afrika.
Dalam kehidupan pribadi, Mahmood Mamdani menikah dengan sutradara asal India, Mira Nair, yang dikenal lewat film Salaam Bombay! dan Monsoon Wedding. Pasangan ini bertemu di Kampala pada 1989 dan menikah dua tahun kemudian.
Mira Nair lahir pada 15 Oktober 1957 di Rourkela, Odisha, India. Ia adalah sutradara, produser, dan aktivis film India-Amerika. Melalui rumah produksinya, Mirabai Films, Nair telah membangun reputasi sebagai pembuat film independen.
Kesuksesan internasional Nair dimulai dengan debut film panjangnya, Salaam Bombay! (1988), yang ia tulis bersama Sooni Taraporevala. Film ini menyoroti kehidupan anak-anak jalanan di Mumbai dan meraih Caméra d’Or dan Prix du Public di Festival Film Cannes, serta nominasi Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik.
Kesuksesan terbesar Nair datang lewat Monsoon Wedding (2001), sebuah komedi-drama keluarga Punjabi yang merayakan cinta, kelas sosial, dan kompleksitas budaya India modern. Film ini meraih Golden Lion di Festival Film Venesia, menjadikannya sutradara perempuan pertama yang memenangkan penghargaan tertinggi itu.
Dalam kehidupan pribadi, Nair pertama kali menikah dengan fotografer Amerika Mitch Epstein pada 1981, namun pernikahan itu berakhir sebelum 1991. Saat melakukan riset untuk Mississippi Masala di Uganda, ia bertemu dengan akademisi dan ilmuwan politik Mahmood Mamdani, yang kemudian menjadi suaminya. Mereka menikah pada 1991 dan memiliki seorang putra, Zohran Mamdani, yang kini menjadi Wali Kota terpilih New York City.
Mira Nair dikenal tidak hanya sebagai pembuat film, tetapi juga aktivis dan pengajar. Ia telah mengajar di Columbia University di New York.
Mahmood Mamdani, lahir di Bombay, India pada 23 April 1946, dibesarkan di Kampala, Uganda, di tengah masyarakat diaspora India Afrika Timur. Ia menempuh pendidikan di sekolah pada masa kolonial dan kemudian memperoleh beasiswa dalam program Kennedy Airlift tahun 1963 yang membawanya ke Amerika Serikat. Di sana, ia belajar ilmu politik di University of Pittsburgh dan terlibat dalam gerakan hak-hak sipil di Montgomery, Alabama, yang membuatnya sempat dipenjara karena ikut aksi protes.
Setelah menyelesaikan dua gelar magister di Tufts University dan meraih doktor di Harvard University pada 1974, ia kembali ke Uganda untuk mengajar di Universitas Makerere. Namun, karier akademiknya terhenti ketika rezim Idi Amin mengusir warga keturunan Asia, memaksanya hidup di pengasingan.
Mamdani kemudian melanjutkan kiprahnya di Universitas Dar es Salaam, Tanzania. Setelah jatuhnya diktator Uganda itu, ia kembali ke negaranya, namun kembali kehilangan kewarganegaraan pada 1984 akibat kritiknya terhadap pemerintah Milton Obote.
Dalam masa pengasingan keduanya, Mamdani mengajar di berbagai universitas di dunia, termasuk University of Michigan dan Princeton University. Ia kembali ke Uganda pada 1986 dan mendirikan Centre for Basic Research (CBR), lembaga riset independen pertama di negara itu, yang ia pimpin hingga 2006.
Karier akademiknya terus menanjak hingga ke kancah internasional, menjadi profesor di Columbia University di New York, sekaligus rektor Kampala International University. Karya monumentalnya, Citizen and Subject: Contemporary Africa and the Legacy of Late Colonialism (1996), menjelaskan bahwa negara kolonial Afrika bersifat “bifurkasi”, memisahkan kekuasaan sipil perkotaan dan kekuasaan adat pedesaan.
Selain dikenal sebagai akademisi, Mamdani juga aktif dalam forum-forum intelektual dunia. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Council for the Development of Social Science Research in Africa (CODESRIA) dan menjadi pembicara dalam berbagai simposium internasional, termasuk Nobel Centennial Symposium di Oslo.
Pengakuan atas karyanya datang dari berbagai arah: ia meraih Herskovits Prize, GDS Eminent Scholar Award, hingga Lenfest Distinguished Faculty Award. Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas di Afrika.
Dalam kehidupan pribadi, Mahmood Mamdani menikah dengan sutradara asal India, Mira Nair, yang dikenal lewat film Salaam Bombay! dan Monsoon Wedding. Pasangan ini bertemu di Kampala pada 1989 dan menikah dua tahun kemudian.
Mira Nair lahir pada 15 Oktober 1957 di Rourkela, Odisha, India. Ia adalah sutradara, produser, dan aktivis film India-Amerika. Melalui rumah produksinya, Mirabai Films, Nair telah membangun reputasi sebagai pembuat film independen.
Kesuksesan internasional Nair dimulai dengan debut film panjangnya, Salaam Bombay! (1988), yang ia tulis bersama Sooni Taraporevala. Film ini menyoroti kehidupan anak-anak jalanan di Mumbai dan meraih Caméra d’Or dan Prix du Public di Festival Film Cannes, serta nominasi Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik.
Kesuksesan terbesar Nair datang lewat Monsoon Wedding (2001), sebuah komedi-drama keluarga Punjabi yang merayakan cinta, kelas sosial, dan kompleksitas budaya India modern. Film ini meraih Golden Lion di Festival Film Venesia, menjadikannya sutradara perempuan pertama yang memenangkan penghargaan tertinggi itu.
Dalam kehidupan pribadi, Nair pertama kali menikah dengan fotografer Amerika Mitch Epstein pada 1981, namun pernikahan itu berakhir sebelum 1991. Saat melakukan riset untuk Mississippi Masala di Uganda, ia bertemu dengan akademisi dan ilmuwan politik Mahmood Mamdani, yang kemudian menjadi suaminya. Mereka menikah pada 1991 dan memiliki seorang putra, Zohran Mamdani, yang kini menjadi Wali Kota terpilih New York City.
Mira Nair dikenal tidak hanya sebagai pembuat film, tetapi juga aktivis dan pengajar. Ia telah mengajar di Columbia University di New York.