Paus Konnie Rahakundini: Jalan Menuju Kekayaan Indonesia Tanpa Jakarta, Bangkit dari Daerah
Prof. Dr. Konnie Rahakundini Bakrie, M.Si., menegaskan bahwa kejayaan Indonesia masa depan tidak akan berasal dari pusat pemerintahan di Jakarta, melainkan dari kekuatan daerah yang sebenarnya. Hal ini dia ungkapkan dalam kuliah umum di IPDN, Jatinangor, Sabtu lalu.
"Kejayaan Indonesia berikutnya bukan lahir dari Jakarta, tapi bangkit dari daerah-daerah, dari tanah tempat kalian berdiri dan memerintah," kata Konnie. Dia juga menekankan pentingnya kesadaran geopolitik dan kemandirian strategis bagi calon pemimpin bangsa.
Konnie menyampaikan bahwa generasi muda hari ini hidup di era penuh pilihan, tapi juga penuh ujian. Menurut dia, teknologi bisa menjadi alat kemajuan atau justru sumber kejatuhan tergantung pada kesadaran moral pemimpinnya.
"Tentu saja kita harus menjaga nurani dan kesadaran karena zaman ini teknologi bisa menjadi berkah tapi juga bisa menjadi jebakan. Kekuasaan bisa menjadi alat kemajuan atau malah menjadi sumber kejatuhan," kata Konnie.
Dia menjelaskan bahwa kepemimpinan berkesadaran adalah fondasi penting dalam membangun masa depan Indonesia yang berdaulat. Pemimpin sejati, kata Konnie, harus berpikir strategis sebagai negarawan, berperasaan lembut sebagai agamawan, bertindak berani sebagai patriot, dan berjiwa sebagai pelayan rakyat.
"Kalian (praja) harus benar-benar menjaga nurani dan kesadaran. Kekuasaan adalah alat kemajuan, tapi juga harus digunakan dengan bijak," kata Konnie.
Konnie juga menjelaskan tentang konsep TEPIDOIL yang meliputi delapan pilar strategis: Territory (Wilayah), Economy (Ekonomi), People (Rakyat), Ideology (Ideologi), Defense (Pertahanan), Organization (Organisasi), Infrastructure (Infrastruktur) dan Leadership (Kepemimpinan).
Prof. Dr. Konnie Rahakundini Bakrie, M.Si., menegaskan bahwa kejayaan Indonesia masa depan tidak akan berasal dari pusat pemerintahan di Jakarta, melainkan dari kekuatan daerah yang sebenarnya. Hal ini dia ungkapkan dalam kuliah umum di IPDN, Jatinangor, Sabtu lalu.
"Kejayaan Indonesia berikutnya bukan lahir dari Jakarta, tapi bangkit dari daerah-daerah, dari tanah tempat kalian berdiri dan memerintah," kata Konnie. Dia juga menekankan pentingnya kesadaran geopolitik dan kemandirian strategis bagi calon pemimpin bangsa.
Konnie menyampaikan bahwa generasi muda hari ini hidup di era penuh pilihan, tapi juga penuh ujian. Menurut dia, teknologi bisa menjadi alat kemajuan atau justru sumber kejatuhan tergantung pada kesadaran moral pemimpinnya.
"Tentu saja kita harus menjaga nurani dan kesadaran karena zaman ini teknologi bisa menjadi berkah tapi juga bisa menjadi jebakan. Kekuasaan bisa menjadi alat kemajuan atau malah menjadi sumber kejatuhan," kata Konnie.
Dia menjelaskan bahwa kepemimpinan berkesadaran adalah fondasi penting dalam membangun masa depan Indonesia yang berdaulat. Pemimpin sejati, kata Konnie, harus berpikir strategis sebagai negarawan, berperasaan lembut sebagai agamawan, bertindak berani sebagai patriot, dan berjiwa sebagai pelayan rakyat.
"Kalian (praja) harus benar-benar menjaga nurani dan kesadaran. Kekuasaan adalah alat kemajuan, tapi juga harus digunakan dengan bijak," kata Konnie.
Konnie juga menjelaskan tentang konsep TEPIDOIL yang meliputi delapan pilar strategis: Territory (Wilayah), Economy (Ekonomi), People (Rakyat), Ideology (Ideologi), Defense (Pertahanan), Organization (Organisasi), Infrastructure (Infrastruktur) dan Leadership (Kepemimpinan).