Mantan Presiden Indonesia Soeharto resmi diberi gelar pahlawan nasional dalam upacara di Istana Negara, Jakarta. Pengesahan ini menyebabkan berbagai tanggapan masyarakat yang memunculkan perdebatan antara pendukung dan penolak langkah tersebut.
Menurut survei KedaiKOPI, sebanyak 80,7 persen responden mendukung penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Pendiri KedaiKOPI, Hendri Satrio menjelaskan bahwa dukungan tersebut terutama didasari oleh keberhasilan Soeharto dalam program swasembada pangan (78 persen) dan pembangunan nasional (77,9 persen).
Sementara itu, 15,7 persen responden menolak penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. Hendri mengungkapkan bahwa mayoritas penolak mengaitkan keberatan mereka dengan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang terjadi pada masa pemerintahan Soeharto.
Menurut survei KedaiKOPI, sebanyak 80,7 persen responden mendukung penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Pendiri KedaiKOPI, Hendri Satrio menjelaskan bahwa dukungan tersebut terutama didasari oleh keberhasilan Soeharto dalam program swasembada pangan (78 persen) dan pembangunan nasional (77,9 persen).
Sementara itu, 15,7 persen responden menolak penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. Hendri mengungkapkan bahwa mayoritas penolak mengaitkan keberatan mereka dengan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang terjadi pada masa pemerintahan Soeharto.