Indonesia siap untuk memasuki era modern dengan pembelian Jet Tempur Chengdu J-10C, salah satu pesawat tempur generasi keempat yang dapat menandingi pesawat tempur sekelas Amerika Serikat dan Rusia. Menurut Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan, anggaran pembelian ini mencapai US$ 9 miliar atau Rp 149,5 triliun.
Saat ini, China hanya memiliki dua negara pengguna J-10, yaitu dirinya sendiri dan Pakistan. Namun, Indonesia siap untuk menjadi anggota elit pesawat tempur di dunia. Proyek pembelian ini berawal pada pertengahan 1980-an melalui program rahasia bernama Project 8610.
J-10 dibuat oleh Chengdu Aircraft Industry Corporation (CAIC), anak perusahaan Aviation Industry Corporation of China (AVIC). Pesawat ini dirancang untuk menggunakan mesin turbofan buatan Rusia, Salyut AL-31F. Mesin ini mampu menghasilkan daya dorong hingga 27.557 pon dengan sistem afterburner, memberikan kemampuan akselerasi luar biasa bagi J-10.
Terdapat dua versi dari mesin ini, yaitu WP-15 dan WS-10A Taihang. Mesin WS-10A memiliki dorongan sekitar 24.700 pon dan lebih murah dibandingkan dengan AL-31F. Namun, mesin ini juga memberikan keuntungan besar dari sisi kemandirian teknologi dan biaya operasional.
J-10 memiliki kemampuan multirole yang memungkinkannya untuk melakukan misi serangan, pengintaian, hingga peperangan elektronik dengan akurasi tinggi. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem Fly-by-wire dalam mekanisme kendali pesawat.
Sistem persenjataan J-10 meliputi Gun Double Barrel Tipe 23-3 yang terpasang di bagian bawah badan pesawat, serta 11 titik gantung yang memungkinkan pembawaan berbagai jenis senjata. Pesawat ini juga dapat membawa rudal seri PL-8, PL-9, PL-11, dan PL-12 untuk misi udara-ke-udara.
J-10 memiliki jangkauan sekitar 2.500-3.000 KM dan kecepatan maksimum Mach 2,2 di ketinggian jelajah tinggi. Dengan kemampuan ini, J-10 dapat bersaing dengan jet tempur sekelas F-16 asal Amerika Serikat atau MiG-29 buatan Rusia.
Pembelian Jet Tempur Chengdu J-10C adalah langkah yang strategis bagi Indonesia untuk memperkuat keamanan dan keselamatan di wilayah Asia Tenggara.
Saat ini, China hanya memiliki dua negara pengguna J-10, yaitu dirinya sendiri dan Pakistan. Namun, Indonesia siap untuk menjadi anggota elit pesawat tempur di dunia. Proyek pembelian ini berawal pada pertengahan 1980-an melalui program rahasia bernama Project 8610.
J-10 dibuat oleh Chengdu Aircraft Industry Corporation (CAIC), anak perusahaan Aviation Industry Corporation of China (AVIC). Pesawat ini dirancang untuk menggunakan mesin turbofan buatan Rusia, Salyut AL-31F. Mesin ini mampu menghasilkan daya dorong hingga 27.557 pon dengan sistem afterburner, memberikan kemampuan akselerasi luar biasa bagi J-10.
Terdapat dua versi dari mesin ini, yaitu WP-15 dan WS-10A Taihang. Mesin WS-10A memiliki dorongan sekitar 24.700 pon dan lebih murah dibandingkan dengan AL-31F. Namun, mesin ini juga memberikan keuntungan besar dari sisi kemandirian teknologi dan biaya operasional.
J-10 memiliki kemampuan multirole yang memungkinkannya untuk melakukan misi serangan, pengintaian, hingga peperangan elektronik dengan akurasi tinggi. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem Fly-by-wire dalam mekanisme kendali pesawat.
Sistem persenjataan J-10 meliputi Gun Double Barrel Tipe 23-3 yang terpasang di bagian bawah badan pesawat, serta 11 titik gantung yang memungkinkan pembawaan berbagai jenis senjata. Pesawat ini juga dapat membawa rudal seri PL-8, PL-9, PL-11, dan PL-12 untuk misi udara-ke-udara.
J-10 memiliki jangkauan sekitar 2.500-3.000 KM dan kecepatan maksimum Mach 2,2 di ketinggian jelajah tinggi. Dengan kemampuan ini, J-10 dapat bersaing dengan jet tempur sekelas F-16 asal Amerika Serikat atau MiG-29 buatan Rusia.
Pembelian Jet Tempur Chengdu J-10C adalah langkah yang strategis bagi Indonesia untuk memperkuat keamanan dan keselamatan di wilayah Asia Tenggara.