Bencana Banjir, Longsor Tiga Kabupaten di Sumatera Utara Memicu Keresahan Warga. Banyak wilayah terdampak, jembatan yang rusak hingga kehidupan warga mengalami kerugian besar.
Puncaknya krisis banjir dan tanah longsor terjadi pada Senin (24/11) dan Selasa (25/11), akibat cuaca ekstrem. Bencana ini berdampak parah di empat kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Sibolga. Video viral di media sosial menunjukkan banjir bandang yang menghantam rumah serta material lainnya.
Kabupaten Sibolga terdampak parah dengan wilayah yang terkena longsor dan banjir yang mencapai tujuh kecamatan, yaitu Angin Nauli, Simare-mare, Sibolga Hilir, Hutabarangan, Huta Tonga dan Sibual-buali. Pada kepanjangan tersebut, jembatan juga rusak sehingga banyak warga harus mengalami kesulitan untuk mencapai rumah.
Sementara itu di Tapanuli Selatan, bencana ini memunculkan delapan korban jiwa, 58 luka-luka dan 2.851 warga yang terpaksa mengungsi. Banyak wilayah yang terkena longsor dan banjir, termasuk Sipirok, Marancar, Batangtoru, Angkola Barat, Muara Batangtoru dan sekitarnya.
Banjir dan tanah longsor di Tapanuli Utara mencakup 50 unit rumah yang terdampak. Jembatan juga rusak sehingga pengguna harus menemukan jalur alternatif untuk menyeberangi sungai, yaitu dari Pangaribuan ke Silantom.
Banyak wilayah di Tapanuli Tengah terkena dampak bencana ini. Sebanyak 1.902 unit rumah terdampak. BNPB dan tim gabungan melakukan pendataan dan memberikan akses jalan sementara.
Pengendalian Operasi Pusdalops BNPB mengatakan dua sistem cuaca signifikan yang memicu terjadinya bencana ini, yaitu Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B. Kedua sistem ini menyebabkan peningkatan curah hujan serta angin kencang di wilayah barat Indonesia.
Penyebab utama dari bencana banjir di Sumatera Utara adalah pergerakan cuaca ekstrem dan pembentukan awan konvektif yang meluas.
Puncaknya krisis banjir dan tanah longsor terjadi pada Senin (24/11) dan Selasa (25/11), akibat cuaca ekstrem. Bencana ini berdampak parah di empat kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Sibolga. Video viral di media sosial menunjukkan banjir bandang yang menghantam rumah serta material lainnya.
Kabupaten Sibolga terdampak parah dengan wilayah yang terkena longsor dan banjir yang mencapai tujuh kecamatan, yaitu Angin Nauli, Simare-mare, Sibolga Hilir, Hutabarangan, Huta Tonga dan Sibual-buali. Pada kepanjangan tersebut, jembatan juga rusak sehingga banyak warga harus mengalami kesulitan untuk mencapai rumah.
Sementara itu di Tapanuli Selatan, bencana ini memunculkan delapan korban jiwa, 58 luka-luka dan 2.851 warga yang terpaksa mengungsi. Banyak wilayah yang terkena longsor dan banjir, termasuk Sipirok, Marancar, Batangtoru, Angkola Barat, Muara Batangtoru dan sekitarnya.
Banjir dan tanah longsor di Tapanuli Utara mencakup 50 unit rumah yang terdampak. Jembatan juga rusak sehingga pengguna harus menemukan jalur alternatif untuk menyeberangi sungai, yaitu dari Pangaribuan ke Silantom.
Banyak wilayah di Tapanuli Tengah terkena dampak bencana ini. Sebanyak 1.902 unit rumah terdampak. BNPB dan tim gabungan melakukan pendataan dan memberikan akses jalan sementara.
Pengendalian Operasi Pusdalops BNPB mengatakan dua sistem cuaca signifikan yang memicu terjadinya bencana ini, yaitu Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B. Kedua sistem ini menyebabkan peningkatan curah hujan serta angin kencang di wilayah barat Indonesia.
Penyebab utama dari bencana banjir di Sumatera Utara adalah pergerakan cuaca ekstrem dan pembentukan awan konvektif yang meluas.