Keterlibatan Perbanas dalam Mendukung Konsolidasi Bank dengan Modal Inti Terendah
Kemudian, diperbincangkan kembali tentang rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong konsolidasi atau merger Kelompok Bank Bermodal Inti I (KBMI I). Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, mendukung ide ini. Menurutnya, konsolidasi dapat membuat bank-bank lebih efisien dan berdaya saing.
Kategori KBMI I memiliki modal inti terendah, yaitu sampai dengan Rp 6 triliun. Namun, kondisi permodalan KBMI I saat ini cukup bagus, dengan rata-rata rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sekitar 31,5 persen. Meski begitu, Loan at Risk (LAR) KBMI I cukup tinggi yaitu 12,32 persen.
Menurut Hery, ukuran bank merupakan salah satu faktor penentu kinerja bank. Bank dengan aset di bawah Rp 10 triliun cenderung susah untuk berkembang dan mendapatkan margin. Selain itu, bank-bank kecil akan kalah dengan bank KBMI IV yang secara skala sudah lebih besar.
Dari segi efisiensi, Hery mengatakan bahwa bank besar menunjukkan kinerja yang lebih baik. Beberapa contoh di antaranya adalah Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) KBMI I mencapai hampir 83 persen, sedangkan KBMI IV hanya mencapai 64 persen.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mendorong bank-bank kategori KBMI I untuk naik kelas dengan opsi memperkuat permodalan atau melakukan konsolidasi agar kapasitas serta ketahanan perbankan semakin kuat. Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, langkah penguatan ini penting seiring dengan dinamika teknologi informasi dan meningkatnya risiko serangan siber.
Dengan demikian, mendukung konsolidasi bank dengan modal inti terendah merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perbankan nasional.
Kemudian, diperbincangkan kembali tentang rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong konsolidasi atau merger Kelompok Bank Bermodal Inti I (KBMI I). Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, mendukung ide ini. Menurutnya, konsolidasi dapat membuat bank-bank lebih efisien dan berdaya saing.
Kategori KBMI I memiliki modal inti terendah, yaitu sampai dengan Rp 6 triliun. Namun, kondisi permodalan KBMI I saat ini cukup bagus, dengan rata-rata rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sekitar 31,5 persen. Meski begitu, Loan at Risk (LAR) KBMI I cukup tinggi yaitu 12,32 persen.
Menurut Hery, ukuran bank merupakan salah satu faktor penentu kinerja bank. Bank dengan aset di bawah Rp 10 triliun cenderung susah untuk berkembang dan mendapatkan margin. Selain itu, bank-bank kecil akan kalah dengan bank KBMI IV yang secara skala sudah lebih besar.
Dari segi efisiensi, Hery mengatakan bahwa bank besar menunjukkan kinerja yang lebih baik. Beberapa contoh di antaranya adalah Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) KBMI I mencapai hampir 83 persen, sedangkan KBMI IV hanya mencapai 64 persen.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mendorong bank-bank kategori KBMI I untuk naik kelas dengan opsi memperkuat permodalan atau melakukan konsolidasi agar kapasitas serta ketahanan perbankan semakin kuat. Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, langkah penguatan ini penting seiring dengan dinamika teknologi informasi dan meningkatnya risiko serangan siber.
Dengan demikian, mendukung konsolidasi bank dengan modal inti terendah merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perbankan nasional.