"Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Hatma Suryatmojo melihat ada dosa ekologis yang berujung pada deforestasi besar-besaran di balik bencana banjir dan longsor yang terjadi di Sumatra. Menurutnya, banyak wilayah di Sumatra mengalami deforestasi hingga 700 ribu hektare di antaranya Aceh dan Sumatera Utara.
Pada tahun 2020, Aceh masih memiliki sekitar 59 persen tutupan hutan alam, tetapi penelitian menunjukkan bahwa wilayah tersebut kehilangan lebih dari 3 juta hektare. Sementara di Sumatra Barat, pada tahun 2024 sendiri deforestasi mencapai 32 ribu hektare.
Selain itu, peneliti juga mengatakan bahwa hutan-hutan lindung di ekosistem Batang Toru yang semestinya menjadi area tangkapan air banyak dikonversi menjadi perkebunan dan dibabat pembalak liar. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem hutan dan menghilangkan daya dukung hutan sebagai pengendali daur air.
Pulau Sumatra yang secara geografis beriklim tropis basah akan selalu rentan dari cuaca ekstrem, tetapi kerusakan lingkungan seperti pembukaan hutan di pegunungan dan penyempitan sungai membuat wilayah ini menjadi bom waktu bencana.
Pada tahun 2020, Aceh masih memiliki sekitar 59 persen tutupan hutan alam, tetapi penelitian menunjukkan bahwa wilayah tersebut kehilangan lebih dari 3 juta hektare. Sementara di Sumatra Barat, pada tahun 2024 sendiri deforestasi mencapai 32 ribu hektare.
Selain itu, peneliti juga mengatakan bahwa hutan-hutan lindung di ekosistem Batang Toru yang semestinya menjadi area tangkapan air banyak dikonversi menjadi perkebunan dan dibabat pembalak liar. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem hutan dan menghilangkan daya dukung hutan sebagai pengendali daur air.
Pulau Sumatra yang secara geografis beriklim tropis basah akan selalu rentan dari cuaca ekstrem, tetapi kerusakan lingkungan seperti pembukaan hutan di pegunungan dan penyempitan sungai membuat wilayah ini menjadi bom waktu bencana.