Pemkab Banyuwangi bersama OJK Jember menggandeng kerja sama untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat, lewat festival batik tahun 2025. Tahun ini, Banyuwangi Batik Festival (BBF) tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya dan promosi UMKM batik, tetapi juga wadah untuk memperkuat literasi keuangan masyarakat.
Acara yang berlangsung pada 17-18 Oktober di Gesibu Blambangan ini menghadirkan Pameran Lembaga Jasa Keuangan yang diikuti oleh banyak perbankan dan lembaga keuangan. Masyarakat yang hadir mendapatkan informasi tentang produk keuangan, akses permodalan, serta cara mengelola keuangan secara bijak sambil menikmati kemeriahan karya batik khas Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menilai penggabungan antara kegiatan budaya dan edukasi finansial ini menjadi cara efektif untuk menjangkau lebih banyak masyarakat. Menurutnya, batik bukan hanya karya seni, tapi juga simbol ekonomi kreatif yang bisa berkembang lewat dukungan keuangan inklusif.
Sosialisasi langsung dari OJK mengenai literasi keuangan digital seperti cara menghindari pinjaman online ilegal, bahaya judi online, hingga investasi bodong ini juga ditawarkan kepada masyarakat. Kepala OJK Jember, Muhammad Mufid, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi antara OJK dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Banyuwangi untuk mempercepat inklusi keuangan masyarakat, khususnya bagi pelaku UMKM.
Melalui kolaborasi ini, Pemkab Banyuwangi dan OJK Jember berhasil mengembangkan festival batik yang lebih dari sekadar ajang budaya. Ia menjadi ruang yang menyatukan seni, ekonomi, dan literasi keuangan di mana para pelaku UMKM batik, lembaga keuangan, dan masyarakat bisa saling bertemu dan belajar.
Dengan dukungan ini, Banyuwangi tidak hanya memperkuat identitas budayanya sebagai kota batik, tetapi juga semakin memperkuat fondasi ekonomi kreatif dan keuangan inklusif di tingkat lokal.
Acara yang berlangsung pada 17-18 Oktober di Gesibu Blambangan ini menghadirkan Pameran Lembaga Jasa Keuangan yang diikuti oleh banyak perbankan dan lembaga keuangan. Masyarakat yang hadir mendapatkan informasi tentang produk keuangan, akses permodalan, serta cara mengelola keuangan secara bijak sambil menikmati kemeriahan karya batik khas Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menilai penggabungan antara kegiatan budaya dan edukasi finansial ini menjadi cara efektif untuk menjangkau lebih banyak masyarakat. Menurutnya, batik bukan hanya karya seni, tapi juga simbol ekonomi kreatif yang bisa berkembang lewat dukungan keuangan inklusif.
Sosialisasi langsung dari OJK mengenai literasi keuangan digital seperti cara menghindari pinjaman online ilegal, bahaya judi online, hingga investasi bodong ini juga ditawarkan kepada masyarakat. Kepala OJK Jember, Muhammad Mufid, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi antara OJK dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Banyuwangi untuk mempercepat inklusi keuangan masyarakat, khususnya bagi pelaku UMKM.
Melalui kolaborasi ini, Pemkab Banyuwangi dan OJK Jember berhasil mengembangkan festival batik yang lebih dari sekadar ajang budaya. Ia menjadi ruang yang menyatukan seni, ekonomi, dan literasi keuangan di mana para pelaku UMKM batik, lembaga keuangan, dan masyarakat bisa saling bertemu dan belajar.
Dengan dukungan ini, Banyuwangi tidak hanya memperkuat identitas budayanya sebagai kota batik, tetapi juga semakin memperkuat fondasi ekonomi kreatif dan keuangan inklusif di tingkat lokal.