Tirzepatide, obat Mounjaro dan Zepbound, dapat meredam sementara sinyal ngidam makanan di otak pasien obesitas berat. Rekaman aktivitas otak menunjukkan bahwa obat ini menurunkan aktivitas di nucleus accumbens, pusat penghargaan otak yang terkait dengan "food noise" dan dorongan makan kompulsif.
Penelitian ini melibatkan penanaman elektroda untuk mendeteksi dan menghambat sinyal ngidam secara real time. Hasilnya dipublikasikan dalam Nature Medicine. Penulis senior, Casey H. Halpern, MD, profesor bedah saraf di University of Pennsylvania, menyatakan bahwa penelitian ini memberikan wawasan besar tentang bagaimana tirzepatide bekerja di dalam otak.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa obesitas dapat memicu gangguan makan dan food noise. Binge eating disorder (BED) adalah gangguan makan paling sering terjadi di AS, yang memengaruhi lebih dari 3 juta orang. Di banyak kasus, aktivitas di nucleus accumbens (NAc) terganggu, sehingga meningkatkan dorongan kompulsif terhadap makanan.
Salah satu peserta penelitian, perempuan berusia 60 tahun yang dijuluki "Peserta 3", hidup dengan obesitas berat dan food noise yang terus-menerus. Ia sudah menjalani berbagai pengobatan, termasuk operasi bariatrik dan terapi perilaku, namun dorongan obsesifnya tidak membaik.
Ketika menjalani uji klinis dengan menggunakan tirzepatide, ia melaporkan pikirannya terhadap makanan menghilang. Rekaman otak menunjukkan aktivitas di NAc juga menurun drastis. Namun, sekitar lima bulan kemudian, aktivitas tersebut muncul kembali. Kemunculannya bersamaan dengan kembalinya food noise yang intens. Efek tirzepatide rupanya bersifat sementara.
Penelitian ini menunjukkan bahwa GLP-1 dan GIP inhibitor dapat membantu meredakan food noise dan binge eating, tetapi belum dalam bentuk yang optimal. Peneliti Kelly Allison, PhD, menyatakan bahwa penelitian ini sangat kuat dan membuka jalan bagi pengembangan terapi baru yang lebih aman dan tahan lama.
Dalam kesimpulan, tirzepatide dapat meredam sementara sinyal ngidam makanan di otak pasien obesitas berat. Namun, penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan efektivitas obat ini dalam jangka panjang dan mengembangkan terapi baru yang lebih aman dan tahan lama.
Penelitian ini melibatkan penanaman elektroda untuk mendeteksi dan menghambat sinyal ngidam secara real time. Hasilnya dipublikasikan dalam Nature Medicine. Penulis senior, Casey H. Halpern, MD, profesor bedah saraf di University of Pennsylvania, menyatakan bahwa penelitian ini memberikan wawasan besar tentang bagaimana tirzepatide bekerja di dalam otak.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa obesitas dapat memicu gangguan makan dan food noise. Binge eating disorder (BED) adalah gangguan makan paling sering terjadi di AS, yang memengaruhi lebih dari 3 juta orang. Di banyak kasus, aktivitas di nucleus accumbens (NAc) terganggu, sehingga meningkatkan dorongan kompulsif terhadap makanan.
Salah satu peserta penelitian, perempuan berusia 60 tahun yang dijuluki "Peserta 3", hidup dengan obesitas berat dan food noise yang terus-menerus. Ia sudah menjalani berbagai pengobatan, termasuk operasi bariatrik dan terapi perilaku, namun dorongan obsesifnya tidak membaik.
Ketika menjalani uji klinis dengan menggunakan tirzepatide, ia melaporkan pikirannya terhadap makanan menghilang. Rekaman otak menunjukkan aktivitas di NAc juga menurun drastis. Namun, sekitar lima bulan kemudian, aktivitas tersebut muncul kembali. Kemunculannya bersamaan dengan kembalinya food noise yang intens. Efek tirzepatide rupanya bersifat sementara.
Penelitian ini menunjukkan bahwa GLP-1 dan GIP inhibitor dapat membantu meredakan food noise dan binge eating, tetapi belum dalam bentuk yang optimal. Peneliti Kelly Allison, PhD, menyatakan bahwa penelitian ini sangat kuat dan membuka jalan bagi pengembangan terapi baru yang lebih aman dan tahan lama.
Dalam kesimpulan, tirzepatide dapat meredam sementara sinyal ngidam makanan di otak pasien obesitas berat. Namun, penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan efektivitas obat ini dalam jangka panjang dan mengembangkan terapi baru yang lebih aman dan tahan lama.