Harga Emas Bakal Mencapai Rp73 Juta pada Pertengahan 2026, Menurut Morgan Stanley
Morgan Stanley, bank investasi global terkemuka, telah memperkirakan bahwa harga emas akan mencapai US$4.500 per ounce (sekitar Rp73 juta) pada pertengahan 2026. Proyeksi ini didorong oleh meningkatnya permintaan fisik dari bank sentral dan dana investasi berbasis emas di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Saat ini, harga emas sudah melonjak lebih dari 54% dalam setahun terakhir, menembus sejumlah rekor tertinggi pada 2025. Namun, setelah itu harga terkoreksi lebih dari 8%. Pergerakan harga emas belakangan ini memang sudah masuk zona overbought berdasarkan indikator Relative Strength Index (RSI), tetapi koreksi terakhir membuatnya lebih sehat dan menata ulang posisi pasar.
Morgan Stanley memperkirakan bahwa pembelian emas oleh ETF akan terus berlanjut seiring penurunan suku bunga global. Sementara itu, bank sentral masih akan membeli emas meski dengan laju yang lebih moderat, dan permintaan perhiasan diperkirakan tetap stabil.
Namun, risiko penurunan harga tetap ada. Salah satu risikonya adalah potensi volatilitas yang dapat membuat investor beralih ke aset lain, atau kebijakan bank sentral yang mungkin mengurangi cadangan emas mereka.
Tanda tanda bahwa harga emas akan mencapai Rp73 juta pada pertengahan 2026 adalah ketegangan geopolitik, ekspektasi pemangkasan suku bunga, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, serta aliran dana masuk ke ETF berbasis emas yang terus menguat.
Morgan Stanley, bank investasi global terkemuka, telah memperkirakan bahwa harga emas akan mencapai US$4.500 per ounce (sekitar Rp73 juta) pada pertengahan 2026. Proyeksi ini didorong oleh meningkatnya permintaan fisik dari bank sentral dan dana investasi berbasis emas di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Saat ini, harga emas sudah melonjak lebih dari 54% dalam setahun terakhir, menembus sejumlah rekor tertinggi pada 2025. Namun, setelah itu harga terkoreksi lebih dari 8%. Pergerakan harga emas belakangan ini memang sudah masuk zona overbought berdasarkan indikator Relative Strength Index (RSI), tetapi koreksi terakhir membuatnya lebih sehat dan menata ulang posisi pasar.
Morgan Stanley memperkirakan bahwa pembelian emas oleh ETF akan terus berlanjut seiring penurunan suku bunga global. Sementara itu, bank sentral masih akan membeli emas meski dengan laju yang lebih moderat, dan permintaan perhiasan diperkirakan tetap stabil.
Namun, risiko penurunan harga tetap ada. Salah satu risikonya adalah potensi volatilitas yang dapat membuat investor beralih ke aset lain, atau kebijakan bank sentral yang mungkin mengurangi cadangan emas mereka.
Tanda tanda bahwa harga emas akan mencapai Rp73 juta pada pertengahan 2026 adalah ketegangan geopolitik, ekspektasi pemangkasan suku bunga, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, serta aliran dana masuk ke ETF berbasis emas yang terus menguat.